Bisnis.com, JAKARTA- Meski dua raksasa operator transportasi online, Didi Chuxing dan Uber menyepakati pertukaran saham, namun perang antara keduanya belum berhenti.
Medio tahun lalu, Uber dan Didi bersepakat melakukan transaksi pertukaran saham. Didi mempunyai saham di Uber China, sebaliknya pun demikian.
Namun demikian, keduanya masih berseteru siapa yang akan menguasai bisnis startup di tataran global. Didi punya strategi agresif yang diiringi dengan pendanaan besar-besaran.
Sebagaimana dikutip dari pemberitaan Bloomberg, Sabtu (29/4/2017), Didi akan menyuntikan dana segar senilai US$5,5 miliar untuk pengembangan usaha Uber. Alhasil, nilai kapitalisasi perusahaan itupun melesat.
Pendanaan itu akan dikucurkan untuk pengembangan teknologi driverless, serta ‘bensin’ menggarap pasar global selain China. Celakanya, Uber kini tengah menghadapi banyak kesulitan seperti menghadapi gugatan hukum, citra yang memburuk belakangan ini, serta harus menyerahkan pasar China setelah Didi mengambil alih perusahaan.