Bisnis.com, JAKARTA-Pelaku industri televisi nasional diminta mengurangi siaran yang menonjolkan unsur sensualitas, mistik, dan sadisme serta menghindari tayangan yang berbau suku, agama, ras dan antar golongan (SARA)
Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Nuning Rodiyah, mengataan sebagai media komunikasi massa, televisi berpengaruh besar bagi penontonya, agar menanyangkan siaran bersifat edukatif menggantikan yang berabu SARA.
“Jadi jelas, apa jenis tayangan yang seharusnya menjadi tayangan-tayangan di televisi yang selalu menjadi konsumsi masyarakat Indonesia setiap harinya,” katanya, Selasa (26/9/2017).
Menurutnya, siaran harus sesuaiUndang-Undang No.32/2002 tentang Penyiaran televisi, yang merupakan media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Dia menyampaikan hal tersebut dalam seminar nasional bertajuk Televisi ko gitu?, yang diselenggarakan DNK TV Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Jakarta bekerja sama dengan RCTI dan MNC TV.
Sementara itu Direktur INews, Nicolaus Uskono, mengatakan industri televisi terus berupaya mematuhi ketentuan penyiaran yang diatur regulasi dengan membatasi tayangan mengandung unsur SARA, seksualitas, supranatural, dan sadism.
“Sebagai industri nasional, kami menyadari jika tayangan televisi dikonsumsi banyak masyarakat Indonesia. Untuk itu seluruh industri televisi agar menyiarkan tayangan-tayangan yang sehat,” ujarnya dikutip situs resmi UIN Jakarta.
Sedangkan Sekretaris Manager DNK TV, Dedi Fahrudin, menyatakan kekhawatirannya jika DNK TV, televisi milik kampus UIN Jakarta, belum bisa menjadi media yang baik untuk mahasiswa dan masyarakat luas.
Kendati demikian, lanjutnya, DNK TV juga ikut bertanggung jawab untuk mendorong perbaikan kualitas tayangan televisi dalam skala lokal dan nasional, termasuk melalui penyelenggaraan seminar menampilkan nara sumber pihak regulator, mediator, dan akademis.
“Tujuannya agar semua bisa berkoordinasi untuk mampu menghadirkan tayangan-tayangan televisi yang lebih bermutu dan berefek positif,” ujarnya.