Kaspersky Lab Teliti Keamanan Siber di Asia

Agne Yasa
Rabu, 11 Oktober 2017 | 16:47 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kaspersky Lab mengumumkan pendanaan dari pemerintah Singapura untuk proyek penelitian perusahaan mengenai metode inovatif untuk mengidentifikasi sumber malware APT.

Bekerja sama dengan National University of Singapore (NUS), proyek penelitian oleh Kaspersky Lab merupakan satu dari sembilan proyek keamanan siber yang didanai oleh Singapore National Research Foundation dengan total dana sebesar US$15,6 juta.

Vitaly Kamluk, Director of Global Research & Analysis Team, Kaspersky Lab APAC, mengatakan pihaknya memutuskan untuk mengambil kesempatan dari NRF ini dengan harapan kesempatan ini bisa menjadi hal baru dalam upaya penelitian Kaspersky Lab di Asia.

"Kami berharap bahwa teknologi baru yang dikembangkan bersama NUS akan membantu meningkatkan kecepatan penelitian kami dalam hal kode atribusi," katanya melalui rilis yang diterima Bisnis, Rabu (11/10/2017).

Dia menambahkan pihaknya menginginkan solusi praktis yang pada akhirnya dapat diterapkan dan bermanfaat tidak hanya bagi Kaspersky Lab tetapi juga bagi semua lembaga di Singapura yang berminat.

Adapun hal ini sebagai salah satu bentuk upaya Singapura meningkatkan kemampuan negara ini dalam hal penelitian dan pengembangan (R&D) keamanan siber.

Pemerintah Singapura meluncurkan The National Cybersecurity R&D Programme Grant Call, pada bulan November 2016, yang berfokus pada potensi transfer ilmu dan teknologi keamanan siber.

Adapun pendanaan ini ditujukan bagi proyek yang melakukan penelitian terhadap bidang teknologi penting seperti pendeteksian, analisis dan pertahanan yang efektif terhadap ancaman, sistem IoT yang aman, security-by-design serta pengujian teknologi yang ada.
Sementara penelitian ini berfokus pada tiga bidang penting, yaitu keamanan nasional, infrastruktur kritis dan negara pintar (Smart Nation).

Dari 23 proposal yang diterima, hanya 9 proposal yang dipilih berdasarkan kepentingan mereka dalam menciptakan dampak bagi Singapura dan adanya kemungkinan penerapan yang praktis dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Kaspersky Lab bekerja dengan NUS untuk mengembangkan proyek penelitiannya yang berjudul, "Malware Source Attribution through Multi-Dimensional Code Feature Analysis".

Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan solusi otomatis yang akan membantu para analis perangkat lunak dan tim respons keamanan memahami kemiripan antar malware yang digunakan dalam berbagai serangan di dunia maya secara lebih efisien serta dapat menentukan pelaku penyerangan dengan cepat.

Praktik yang umum digunakan di kalangan profesional keamanan siber sejauh ini bergantung pada sejarah serangan malware untuk memberikan kemungkinan gambaran ancaman yang akan datang.

Ahli keamanan dunia maya biasanya mengumpulkan bukti setelah adanya serangan siber, menyamakan penelitian APT dengan paleontologi di mana analis malware menggali dan mengumpulkan artefak malware, memetakan dan menganalisa serangan serta mengikuti jejak para peretas untuk mengungkap dan mengetahui aksi mereka.

Singapura merupakan salah satu negara di Asia Pasifik yang menjalin kerja sama erat dengan Kaspersky Lab khususnya dalam bidang keamanan siber.

Pada 2015, Eugene Kaspersky ditunjuk sebagai anggota The International Advisory Panel untuk program The National Cybersecurity R&D di Singapura, pada tahun yang sama Kaspersky Lab membuka kantor pusat APAC di Singapura.

Salah satu upaya yang telah dilakukan antara Kaspersky Lab dengan Singapura adalah program pengembangan keterampilan melalui The Economic Development Board of Singapore (EDB) di mana siswa yang memiliki keahlian diberi kesempatan untuk berlatih di markas besar perusahaan di Moskow sebagai analis malware junior.

Dari lima siswa yang dikirim ke pelatihan keamanan siber selama satu tahun, salah satunya saat ini bekerja dengan Kaspersky Lab, dua dengan Singapore Cybersecurity Agency dan dua lainnya bekerja untuk perusahaan swasta di Singapura.

Stephan Neumeier, Managing Director Kaspersky Lab Asia Pacific, mengatakan pihaknya antusias untuk bekerja sama dengan National University of Singapore, sebagai salah satu institusi dalam bidang pendidikan, untuk menciptakan sumber solusi malware otomatis.

"Inisiatif dari The National Cybersecurity R&D Programme untuk mendukung gagasan terbaru dan teknologi keamanan siber sangat menggembirakan dan juga memiliki ekosistem inklusif untuk mendukung ancaman siber tentu merupakan langkah selanjutnya dalam memerangi ancaman siber," jelasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Agne Yasa
Editor : Rustam Agus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper