Wawancara dengan Dirut Lion Air Group, Edward Sirait: “Faktor Keselamatan Itu Mutlak”

Thomas Mola & Fitri Sartina Dewi
Selasa, 17 April 2018 | 10:21 WIB
Direktur Utama Lion Air Group Edward Sirait/Bisnis-Abdullah Azzam
Direktur Utama Lion Air Group Edward Sirait/Bisnis-Abdullah Azzam
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA  Setelah 18 tahun beroperasi, Lion Air Group menjelma menjadi salah satu maskapai nasional yang sangat ekspansif di Asean. Melalui beberapa anak usaha, Lion Group telah melayani hampir seluruh wilayah udara nusantara dan Asean. Untuk mengetahui perkembangan bisnis, strategi dan tantangan Lion Air Group, Bisnis mewawancarai Direktur Utama Lion Air Group, Edward Sirait. Berikut petikannya:

 

Bisa dipaparkan perkembangan bisnis Lion Air Group sejauh ini?

Lion Air pada tahun ini sudah 18 tahun beroperasi. Sekarang kami sudah berkembang dengan 11 sampai 12 perusahaan, yang 6 di antaranya adalah perusahaan penerbangan. Adapun, 2 [beroperasi] di luar negeri dan 4 [perusahaan] di Indonesia.

Kami mengoperasikan 1 hari kurang lebih sekitar 1.500 flight, dan melayani kurang lebih 150.000 penumpang total grup per hari. Untuk Indonesia, kami operasikan 1.200 flight lebih ke sekitar 100 kota.

Untuk penerbangan berjadwal itu kami ada tiga badan usaha yaitu Lion Air, Wings Air, dan Batik Air. Adapun, badan usaha yang melayani penerbangan tidak berjadwal atau charter yaitu Bizjet.

Kami sekarang sudah punya pegawai di seluruh dunia kurang lebih 35.000 orang. Mereka ada di Malaysia dan Thailand. Di Indonesia kurang lebih 27.000 pegawai. Kami sudah punya pendukung untuk industri ini dengan membentuk badan usaha untuk pelayanan makanan seperti Lion Boga. Adapun, untuk pengiriman barang ada Lion Parcel, untuk pelatihan ada PT Angkasa Aviation Service, perawatan pesawat ada Batam Aero Technic, dan sebagainya.

Jadi itu memang berkembang. Namun, semua dalam rangka mendukung industri penerbangan ini sebagai core business. Kalau tidak didukung akan berat, terutama untuk perawatan pesawat di Indonesia yang besar hanya ada GMF [GMF AeroAsia]. Di luar itu, hanya pendukung biasa. Jadi, kami harus kembangkan.

Bagaimana dengan pelatihan untuk pilot?

Untuk simulator atau pelatihan untuk pilot juga tidak banyak. Nah, kami di Indonesia sudah ada sembilan simulator. Di luar negeri, kami juga ada dua unit di Malaysia dan Thailand. Itu kami lakukan sebagai bagian untuk meyakinkan bahwa berbagai regulasi kami penuhi tanpa bergantung kepada pihak ketiga, sekaligus untuk efisien.

Yang lebih penting lagi ialah harus selalu comply dengan peraturan yang ada, kalau dengan pihak ketiga belum tentu. Jadi, kalau ada persepsi yang mengatakan kami ingin menguasai dari hilir hingga ke hulu juga tidak. Kami berpikir itu ada dan pengembangannya harus dilakukan tetapi tetap comply terhadap peraturan.

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper