Bisnis.com, JAKARTA -- Penyedia konten video atau Video on Demand (VOD) diprediksi bakal makin moncer di Asia pada 2022.
Dalam laporan berjudul “Asia-On-Demand: The Growth of Video-on-Demand Investment in Local Entertainment Industries” oleh AlphaBeta, firma strategi dan ekonomi, disebutkan investasi di sektor ini bakal naik 3,7 kali dari realisasi pada 2017 yang senilai US$2,7 miliar.
Pada 2022, Asia bakal menjadi tujuan penanaman modal para penyedia layanan VOD dengan nilai perkiraan sebesar US$10,1 miliar. Masuknya investasi tersebut ternyata ditopang konten-konten lokal dengan porsi US$5,4 miliar dan sisanya untuk konten berlisensi.
Terkait potensi investasi yang besar, AlphaBeta Engagement Manager Konstantin Matthies mengatakan industri masih dalam tahap awal sehingga peluang memperdalam penetrasi terbuka lebar. Menurutnya, pasar yang cukup luas ternyata membuka kesempatan terhadap para pemain lokal karena konsumen berminat pada konten-konten lokal.
"Dengan adanya permintaan konsumen yang besar untuk konten lokal, pemain VOD akan terdorong untuk meningkatkan konten lokal berkualitas tinggi agar selaras dengan pilihan konsumen," papar Matthies seperti dikutip Bisnis, Rabu (31/10/2018).
Saat ini, VOD telah menjangkau setidaknya 450 juta orang di seluruh dunia. Platform pun memungkinkan konten lokal diakses ke lebih banyak konsumen.
Sebagai contoh, dia menyebut serial TV “Sacred Games” dari India ditonton oleh penonton di lebih dari 190 negara. Hal ini dinilai berpotensi memicu pengaruh budaya dan permintaan akan ekspor dari Asia, termasuk pariwisata.
Matthies pun merekomendasikan agar pembuat kebijakan menciptakan iklim investasi kondusif yang memacu kolaborasi pembuat konten lokal. Dengan demikian, manfaat yang dinikmati tak terbatas di penanaman modal.
Dari hasil riset, lebih dari 80% eksekutif VOD mengatakan bahwa iklim investasi yang bersahabat, regulasi yang mendukung, serta infrastruktur untuk memproduksi konten yang berkualitas tinggi adalah kunci untuk memicu investasi di konten.
"Salah satu perangkap yang harus dihindari adalah menerapkan pendekatan regulasi di industri televisi dan film tradisional ke VOD, dengan kuota konten lokal sebagai salah satu contoh utama," imbuhnya.