Industri Game Indonesia Terimpit Tuntutan Disrupsi

Rahmad Fauzan
Selasa, 13 Agustus 2019 | 15:07 WIB
Warga bermain game online di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (3/1/2019). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan kecanduan game digital sebagai penyakit gangguan mental, masuk kedalam daftar Disorders due to addictive behavior atau penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan./ANTARA-Rahmad
Warga bermain game online di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (3/1/2019). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan kecanduan game digital sebagai penyakit gangguan mental, masuk kedalam daftar Disorders due to addictive behavior atau penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan./ANTARA-Rahmad
Bagikan

Namun, era disrupsi itu sendiri layaknya dua sisi mata uang. Di satu sisi, transformasi digital menyebabkan terdisrupsinya industri gim. Namun, di sisi lain, disrupsi tersebut juga dipandang akan memberikan pertumbuhan kepada pasar gim itu sendiri, baik di Indonesia maupun di tataran global.

Hans Kurniadi mengatakan terdapat dua faktor yang mendorong terjadinya pertumbuhan di lini industri gim pada era disrupsi ini; pertama, tingginya penetrasi ponsel pintar dengan spesifikasi yang mamampukan penggunanya bermain gim menjadi salah satu faktor pendorong.

"Saat ini konsumen pada umumnya membeli ponsel dengan spesifikasi yang memampukan mereka untuk bermain gim," ujarnya.

Kedua, pertumbuhan di era disrupsi didorong karena terciptanya lapangan pekerjaan. Dengan berkembangnya industri gim, lanjut Hans, muncul pekerjaan-pekerjaan baru. Salah satunya adalah atlit esport dengan jumlah pendapatan yang tidak kecil.

Mengenai masalah pendapatan, Chief Marketing Officer Evos Esports, Michael Wijaya, menuturkan atlit olahraga-el di Tanah Air meraup pendapatan bulanan di atas angka upah minimum regional DKI Jakarta dengan kisaran Rp5 juta hingga lebih dari Rp10 juta.

 "Saat ini kita berusaha menjelaskan bahwa berkarir di dunia e-sports bisa menunjang kehidupan para atlit," ujar Michael di acara pembukaan toko flagship pertama Evos Esports di Jakarta akhir pekan lalu.

Lapangan pekerjaan berikutnya yang tercipta seiring dengan berkembangnya industri gim adalah influencer gim dengan penghasilan yang juga tidak kecil.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) selaku fasilitator juga meyakini bahwa era disrupsi tidak akan berpengaruh bagi perkembangan industri gim di Indonesia.

Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari, mengatakan industri gim digital justru akan berperan sebagai pengganti industri gim konvensional. Dengan disrupsi, industri gim mengalami diversifikasi dari hiburan menuju bisnis, olehraga, dan edukasi.

"Bahkan, beberapa perusahaan global sudah mulai menerapkan gim digital untuk assesment (penilaian) para pegawainya," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (11/8).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukannya, Hari menjelaskan di era disrupsi industri gim secara global justru mengalahkankan industri film, dengan total pendapatan tahunan 2,5 kali lebih besar daripada industri film.

Di Indonesia, industri gim juga mengalami pelonjakan, terutama sejak 2017 seiring dengan maraknya bermunculan gim free to play (F2P) di perangkat ponsel pintar.

Adapun, saat ini total pendapatan tahunan pasar gim Indonesia mencapai US$700 juta atau setara dengan Rp9,8 triliun. Dengan disrupsi yang melanda, serta akan makin banyaknya layanan gim streaming yang memudahkan para pemain gim dalam bermain karena tersedianya fasilitas seperti set top box sehingga pemain hanya perlu membeli gamepad atau joystick, maka total pendapatan di pasar gim Tanah Air diprediksi bakal terus melonjak.

Apalagi, dari total angka Rp9,8 triliun, pangsa pasar yang dimiliki oleh pemain-pemain lokal tidak lebih dari 10%. Bahkan, khusus perusahaan pengembang, pangsa pasarnya hanya 0,4%. Oleh karena itu, jika kita mau optimistis, maka kondisi tersebut tidak hanya terlihat sebagai masalah, tetapi juga sebagai sebuah peluang bagi perusahaan gim lokal untuk bertumbuh.

Ke depannya, tinggal kita yang menentukan...

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper