Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 2,26% pengguna Kaspersky di Indonesia dilaporkan terinfeksi malware berjenis ransomware pada kuartal III/2019.
Peneliti keamanan di Kaspersky Fedor Sinitsyn mengatakan jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,01% di mana pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 2,27% pengguna Kaspersky terinfeksi ransomware.
"Jumlah ini juga sekaligus menempatkan Indonesia pada peringkat ke-23 secara global dalam hal deteksi ransomware di Q3 2019," ujar Sinitsyn dalam keterangan resmi Kaspersky yang diterima Bisnis.com, Kamis (5/12).
Adapun, malware dari keluarga Trojan WannaCry bertahan di tempat pertama dengan lebih dari seperlima pengguna yang diserang telah menjadi target oleh malware yang teridentifikasi sebagai bagian dari salah satu kelompok ini.
Selain itu, tiga malware paling populer yang menyumbang serangan cryptors kepada hampir separuh pengguna adalah Trojan-Ransom.Win32.Wanna dengan 20,96% pengguna terserang, Trojan-Ransom.Win32.Phny (20,01%) dan Trojan-Ransom.Win32.GandCrypt (8,58%).
Secara global, selama kuartal III/2019, Kaspersky mendeteksi dan memblokir serangan enkripsi ransomware terhadap 229.643 pengguna produk Kaspersky, atau 11% lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun jumlah total pengguna yang terpengaruh mengalami sedikit penurunan, laporan menunjukkan bahwa jumlah modifikasi ransomware enkripsi terbaru tumbuh dari 5.195 pada kuartal III/2018 menjadi 13.138 pada kuartal III/2019, dengan kata lain meningkat sebesar 153%.
Pertumbuhan tersebut dinilai menandakan ketertarikan para pelaku kejahatan siber pada jenis malware tersebut sebagai sarana untuk memperkaya diri.
Kaspersky sendiri telah mendeteksi dan memblokir 989.432.403 serangan berbahaya dari sumber daring yang berlokasi di sekitar 200 negara dan wilayah di seluruh dunia. Angka tersebut tumbuh 4% dibandingkan dengan kuartal III/2019.