Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan berbasis Software as a Service perlu menyelesaikan 2 pekerjaan rumah untuk bisa tumbuh secara signifikan dan diadaptasi oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono mengatakan 2 pekerjaan rumah tersebut adalah harga yang terjangkau dan kemudahan fitur. Sebab, meskipun memiliki manfaat untuk mengakselerasi UMKM menuju digital, tetapi masih banyak pelaku yang gagap teknologi
“Kendalanya beberapa pemain [aplikasinya] masih mahal dan pelaku UMKM juga masih ada yang gagap dalam mengadopsi digital sehingga tantangan tidak hanya meningkatkan inovasi tetapi efisiensi dan memudahan pengaplikasian teknologinya,” ujar Handito, Rabu (5/5/2021).
Lebih lanjut, dia menyarankan para pemain lebih fokus menyelesaikan 2 tantangan tersebut. Sebab, hal ini turut membantu pertumbuhan bisnis dan pengguna mereka ke depan.
“Selesaikan dulu masalah harga agar terjangkau dan pembelajaran bagi pelaku UMKM agar lebih praktis dan efisien karena dua hal ini yang membuat adaptasi SaaS di UMKM digital bisa menguat, saat ini masih berkutat di 10 persen saya rasa,” katanya.
Dia menilai saat ini inovasi teknologi perusahaan yang bisa diinvestasikan oleh perusahaan setidaknya dapat memenuhi beberapa aspek yang rutin untuk pelayanan pelanggan.
Riset Market Watch memperkirakan pasar produk Software as a Service (SaaS) secara global akan tumbuh hingga 21 persen hingga mencapai US$ 117 miliar pada 2022.
Sebaliknya, berdasarkan riset International Data Corporation (IDC) dan Cisco, digitalisasi UMKM dapat meningkatkan pendapatan negara. Produk Domestik Bruto (PDB) diprediksi bisa bertambah US$160 miliar—US$164 miliar (Rp2.372,6 triliun—Rp2.432 triliun) pada 2024.