Bisnis.com, JAKARTA — Astronom berhasil telah mendeteksi jenis supernova baru yang terjadi ketika sebuah bintang masif mencoba menelan lubang hitam (black hole) yang terlibat dalam pergerakan “pas de deux”.
Bintang tersebut yang berukuran 10 kali lebih besar dari matahari kita, dan black hole yang massanya serupa, terikat secara gravitasi satu sama lain dalam sistem biner.
Namun, seiring jarak yang memisahkan keduanya menyempit secara bertahap, tarikan gravitasi black hole yang sangat besar mendistorsi bintang tersebut, merentangkan dari bentuk bulatnya, lalu menyedot materi sebelum menyebabkannya meledak.
Baca Juga Mungkinkah Bumi Terhisap Black Hole? |
---|
Astrofisikawan dari Massachusetts Institute of Technology, Alexander Gagliano mengatakan dalam Astrophysical Journal, dia menangkap bintang besar yang terkunci dalam tango fatal dengan sebuah black hole.
“Setelah kehilangan massa selama bertahun-tahun dalam spiral kematian bersama blackhole, bintang besar itu mencapai puncaknya dan meledak,” kata Gagliano, dikutip dari Reuters, Senin (18/8/2025).
Menurut penelitiannya, ledakan itu terjadi sekitar 700 juta tahun cahaya dari Bumi, dan satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam setahun, yaitu 9,5 triliun km.
Bintang yang meledak itu kemudian melepaskan lebih banyak energi dalam sedetik daripada yang dilepaskan matahari sepanjang masa hidupnya.
Gagliano juga menjelaskan, kedua objek, baik bintang maupun black hole, memiliki gaya tarik gravitasi yang serupa, karena diduga massanya pun serupa. Namun, dari segi ukuran, bintang itu jauh lebih besar sehingga mungkin saja itu akan melahap black hole saat black hole menarik material darinya.
Bintang itu punya karakteristik besar tapi mengembang, sementara itu black hole kecil tetapi kuat, dan pada akhirnya black hole yang menang.
Di sisi lain, astrofisikawan Universitas Harvard, Ashley Villar belum dapat memastikan mekanisme apa yang menyebabkan supernova tersebut. Dia mengatakan, bintang masif itu ditarik dan oleh black hole dengan cara yang rumit.
Sistem biner berawal dari dua bintang masif yang saling mengorbit sebagai pendamping kosmik. Namun, salah satu dari kedua bintang tersebut mencapai siklus akhir hidup dan meledak dalam supernova, lalu intinya runtuh membentuk black hole.
Bintang-bintang yang massanya setidaknya delapan kali massa matahari tampaknya ditakdirkan mengakhiri hidupnya dengan supernova. lalu, untuk yang massanya setidaknya 20 kali massa matahari akan membentuk black hole setelah ledakan tersebut.
Algoritma kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang dirancang Alexander Gagliano beserta rekan memindai ledakan tak biasa di kosmos secara real-time, mendeteksi awal ledakan, lalu memberikan peringatan yang memungkinkan para astronom segera melakukan pengamatan lanjutan.
Pengamatan bintang yang berasal dari empat tahun sebelum supernova mengungkapkan emisi terang yang diyakini para astronom disebabkan oleh black hole yang menghisap materi dari bintang. Misalnya, lapisan hidrogen terluar bintang tampak terkelupas, memperlihatkan lapisan helium di bawahnya.
Para peneliti mengamati emisi setelah ledakan tersebut saat black hole melahap sisa-sisa puing bintang, hingga akhirnya black hole tersebut menjadi lebih masif dan kuat.
Para peneliti akhirnya menyimpulkan, bahwa nasib bintang sangat dipengaruhi oleh pendampingnya dalam kehidupannya. Itu memberi gambaran menarik bagaimana black hole dapat mempengaruhi kematian bintang-bintang masif secara dramatis. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)