Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan elektronik lokal, PT Supertone (SPC) meminta pemerintah menaikkan batas bawah Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) menjadi 30 persen dari yang sebelumnya hanya 25 persen.
Direktur PT Supertone Raymond Tedjokusumo menjelaskan dengan peningkatan batas bawah TKDN dapat menjadi insentif tambahan bagi peningkatan investasi industri dalam negeri.
Dia menjelaskan, perusahaan telah mengalami pertumbuhan pesat yakni peningkatan pendapatan hingga 30 persen. Hal ini didukung oleh pemberlakuan Instruksi Presiden No.2/2022 tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi Dalam Rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia pada Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Berkat insentif pendukung tersebut, perusahaan juga berhasil membuka lapangan pekerjaan lebih, dan kini jumlah tenaga kerjanya bertambah dua kali lipat.
“Implementasi peraturan TKDN dan Bobot manfaat perusahaan, berdampak positif bagi pelaku industri lokal dan memiliki efek multiplikasi pada ekonomi dan tingkat ketenagakerjaan di Indonesia. SPC juga meminta pemerintah meningkatkan batas bawah TKDN menjadi 30 persen dari 25 persen saat ini,” ujarnya, Kamis (6/4/2023).
Saat ini, SPC meminta lebih banyak produk dibuat di dalam negeri dan melibatkan Sumber Daya Masyarakat (SDM) dan infrastruktur lokal. Perusahaan sempat menargetkan 80 persen dari produknya diproduksi di Indonesia, dan saat ini sudah tercapai.
| Baca Juga Belum Masuk Program Subsidi, Motor Listrik Alva Milik Arsjad Rasjid Bakal Tingkatkan TKDN? |
|---|
Menurut Raymond, dengan semakin banyak konsumen membuktikan bahwa kualitas produk lokal buatan SPC menyamai bahkan melebihi produk-produk impor. Dia menambahkan bahwa tantangan terbesar yang masih terus diupayakan adalah peningkatan aspek branding, serta pengalaman purnajual pengguna. Produsen chromebook tersebut menilai inovasi adalah kunci pertumbuhan industri di masa depan.
Kedepannya, PT Supertone juga menargetkan lebih banyak produk yang dibuat di dalam negeri, dari sebelumnya 80 persen menuju ke 95 persen, sekaligus meningkatkan persentase nilai TKDN produknya.
