Bisnis.com, JAKARTA – Jagat maya dihebohkan dengan penemuan cadangan fosfat sebanyak 77 miliar ton di Norwegia dan diklaim terbesar di dunia. Namun, angka itu hanya buih saja dibandingkan dengan temuan di Enceladus, bulannya planet Saturnus.
Norge Mining, perusahaan pertambangan asal Norwegia, merilis informasi bahwa menemukan 70 miliar ton cadangan fosfat. Cadangan itu kabarnya bisa memenuhi permintaan fosfat dunia dalam 50 tahun ke depan.
Fosfat saat ini menjadi perebutan dunia. Senyawa kimia perpaduan antara satu atom fosforus dan empat oksigen (PO₄³⁻) ini diburu oleh dunia industri dan pangan.
Dari sisi industri, fosfor digunakan untuk pupuk, hingga kandungan baterai mobil listrik. Adapun sektor pangan membutuhkan fosfat untuk membuat produk susu hingga obat-obatan.
Fosfat sendiri dibutuhkan tubuh, khususnya pembentukan struktur tulang, gigi, otot, dan konduksi saraf. Tanda kehidupan dimulai dari fosfor. Dari tumbuhan, hewan dan manusia membutuhkan kandungan kimia ini.
Baru-baru ini, NASA merilis data mengenai tanda kehidupan di Enceladus, bulan terbesar ke-enam dari total 146 bulan yang dimiliki planet Saturnus.
Seperti dikutip dari The New York Times, Enceladus adalah lautan cair berbatu berwarna putih cerah dengan suhu sangat dingin. Suhu di permukaan bisa mencapai -113 derajat celcius. Bulan ini memiliki diameter 500 kilometer, sekitar sepersepuluh ukuran satelit terbesar saturnus, Titan.
Di Enceladus terdapat gunung berapi es. Gunung itu memuntahkan butiran beku material ke luar angkasa. Menghasilkan butiran debu es yang membentuk cincin mengelilingi Saturnus.
Baca Juga Ini Manfaat Fosfat untuk Kesehatan |
---|
Tim peneliti menemukan data bahwa butiran es tersebut mengandung fosfat. Peneliti menemukan data dari pesawat antariksa Cassini, pengorbit gabungan antara NASA dengan Eropa yang menyelesaikan studi tentang Saturnus, cincin, dan bulannya pada 2017.
Penemuan fosfor ini merupakan pertama kali alam raya di luar Bumi. Hasil itu menambah prospek bahwa Enceladus dapat menjadi rumah bagi kehidupan di luar bumi, seperti dikutip dari jurnal Nature yang dirilis Juni lalu.
“Kami tidak mengharapkan ini [temuan fosfor]. Kami tidak mencarinya,” kata Frank Postberg, seorang ilmuwan planet di Free University of Berlin yang memimpin penelitian tersebut.
Dia menggambarkan bahwa mereka telah menemukan fosfat (bahan kimia yang mengandung unsur fosfor) sebagai ‘momen yang menggiurkan’.
Dengan ditemukan fosfor di lautan semesta, para ilmuwan mengklaim bahwa mereka menemukan semua unsur penting bagi kehidupan.
Selain sebagai bahan utama pembuat tulang dan gigi manusia, para ilmuwan mengatakan bahwa fosfor adalah bahan bio-esensial paling langka di kosmos. Peneliti planet sebelumnya telah mendeteksi lima elemen kunci lain di Enceladus: karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, dan belerang--sebelumnya unsur ini terdeteksi secara samar.
Penelitian sebelumnya menyampaikan bahwa fosfor adalah senyawa langka di samudra luar angkasa. Hal itu membuat kehidupan tidak terbentuk di sana, di tata surya atau galaksi.
Namun Enceladus, mematahkan pernyataan itu. “Ini kebalikannya. Alih-alih kekurangan fosfat, lautan esnya diperkaya kandungannya, dibandingkan dengan lautan di bumi faktor pengalinya lebih dari 1.000 kali lebih,” kata Postberg.
Postberg dan para peneliti lainnya menyimpulkan kandungan fosfat jauh lebih besar dari bumi karena melakukan survei secara mendalam terhadap 345 butir es yang dipelajari Cassini saat terbang melalui ‘cincin-E’ Saturnus, yang dibentuk oleh emisi Enceladus.
Mereka mengukur komposisi kepulan debu yang timbul dari tumbukan butir-butir tersebut dengan pelat logam instrumen di pesawat ruang angkasa, Cosmic Dust Analyzer. Sebanyak sembilan partikel es ditemukan memiliki massa molekul yang mengisyaratkan adanya fosfat.
Untuk memastikan tidak salah tafsir dari pembacaan Cassini, mereka melakukan serangkaian percobaan di laboratorium. “Setelah melakukan banyak pengukuran, kami menemukan satu kecocokan sempurna dengan data dari luar angkasa,” kata Fabian Klenner, ahli Astrobiologi dari University of Washington.
Penyebab Enceladus punya kadar fosfat tinggi
Namun, para peneliti masih belum bisa menjelaskan mengapa Enceladus memiliki konsentrasi fosfat yang begitu tinggi di lautnya. Beberapa peneliti di Tokyo Institute of Technology mensimulasikan interaksi geokimia antara air laut dan daratan berbatu.
Mereka menemukan jawabannya di dalam air alkali Enceladus, yang kaya akan karbonat. "Anda bisa menyebutnya 'lautan soda'," kata Postberg.
Fosfor secara alami dijumpai pada mineral padat, seperti yang ditemukan di dalam asteroid dan komet. Pun dengan di bumi, fosfor ditemukan di mineral padat. “Jika dikurung di dalam batu, sulit dipanen seumur hidup, karena perlu larut untuk digunakan secara biologis. Tapi kami menemukan bahwa air soda ini dapat melarutkan fosfat dengan sangat baik, lanjut Postberg”
Mikhail Zolotov, ahli Geokimia Planet di Arizona State University, mengaku tidak terkejut dengan penjelasan ini. “Sudah jelas sebelumnya, dengan studi tentang danau soda di Bumi, bahwa kita mengharapkan jumlah fosfor yang tinggi di setiap danau soda alami,” katanya.
Di luar Enceladus, kata Postberg, penemuan ini menunjukkan bahwa planet lain di tata surya, seperti bulan Jupiter Europa atau planet kerdil Pluto, kaya akan fosfat sehingga berpotensi layak huni.
Dikutip dari washington.edu, para ilmuwan menyebutkan bahwa Europa, bulan Jupiter yang tertutup es, memiliki samudra 10 kali lebih dalam dari Bumi. Benda angkasa lain yang memiliki lautan es di bawah permukaan, termasuk dua bulan Jovian (Ganymede dan Callisto), Titan (bulan Saturnus yang tertutup asap), dan planet kerdil Ceres serta Pluto.
Misi luar angkasa robot dapat memberikan lebih banyak informasi mengenai komposisi lautan luar angkasa, dan prospek layak huni. Europa Clipper NASA dan misi Juice milik Badan Antariksa Eropa akan mengamati lebih dekat bulan-bulan es Jupiter, sedangkan misi Dragonfly NASA akan menjelajahi Titan.
Enceladus belum ada dalam daftar untuk kunjungan robot di masa depan, tetapi beberapa konsep misi telah diusulkan termasuk Enceladus Orbilander, Moonraker, dan Breakthrough Enceladus.
Postberg berharap dapat menganalisis data Cassini yang lebih besar untuk memperkuat hasilnya. Namun, pencarian definitif untuk kehidupan di Enceladus membutuhkan misi lain yang berjarak satu atau dua dekade lagi, jika disetujui.
“Kami belum tahu apakah tempat yang sangat layak huni ini benar-benar dihuni. Tapi itu pasti layak untuk dilihat," kata Postberg.