Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (Wantrii) menilai teknologi 5G saat ini lebih relevan untuk pelanggan korporasi atau enterprise ketimbang pelanggan ritel. Beberapa aplikasi segmen ritel seperti YouTube masih sangat cukup dengan 4G.
Ketua Umum Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (Wantrii) Fadli Hamsani mengatakan implementasi teknologi baru 5G biasanya dilakukan oleh perusahaan besar. Hanya sedikit persentasenya yang dilakukan oleh masyarakat.
Sementara itu, sebagian besar konsumen dari industri operator merupakan masyarakat, bukan industri.
Lebih lanjut, Fadli yang juga menjabat sebagai General Manager Enterprise Solution Management Telkomsel, mengatakan aktivitas masyarakat saat ini juga belum terlalu membutuhkan teknologi 5G.
“Karena kalau hari ini masyarakat ada di jaringan 5G (belum berguna). Untuk nonton YouTube tidak pakai 5G pun sudah cukup kan. Jadi tidak begitu ketemu dengan tujuan utamanya,” ujar Fadli kepada Bisnis di sela acara Indonesia 4.0 Conference & Expo 2023, Rabu (23/8/2023).
Di sisi lain, Fadli mengatakan banyak perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan 5G untuk masuk ke dalam industri 4.0.
“Khususnya manufaktur dan industri pertambangan. Di industri pertambangan, kami [Telkomsel] sudah menerapkan 5G, di Freeport Telkomsel sudah menggunakan 5G bawah tanah,” ujar Fadli.
Alhasil, Fadli mengatakan untuk di Freeport sendiri, dari command center, control room, hingga kontrol alat berat sudah diatur dengan teknologi 5G.
Sementara itu, industri manufaktur juga telah menerapkan teknologi 4.0 terkait implementasi kecerdasan buatan dengan bantuan 5G, terutama terkait computer vision dan pengambilan keputusan.
Selain itu, Fadli menambahkan arah penyimpanan data yang sudah serba digital juga membuat 5G makin diminati oleh perusahaan.