Anak Usaha Smartfren MORA Klaim Porsi Pelanggan TV Kabel Masih Besar

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 9 Oktober 2023 | 10:36 WIB
Ilustrasi orang menonton televisi/unsplash
Ilustrasi orang menonton televisi/unsplash
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Mora Telematika Indonesia Tbk. (MORA) atau Moratelindo menyatakan permitaan terhadap layanan tv kabel masih tinggi. Anak usaha PT Smartfren Telecom Tbk. itu menilai peluang pasar dari tv kabel juga masih akan tumbuh.

CEO Moratelindo Jimmy Kadir mengakui bahwa layanan VoD seperti Netflix, HBO, Disney Hotstar, YouTube Premium, Vidio, Vision+ dan lain sebagainya makin bertumbuh penggunanya di Indonesia.

Hal ini menjadi tantangan yang berat bagi industri penyiaran TV saat ini, sehingga mengurangi penonton  pemirsa TV konvensional. 

Di tengah penurunan tersebut, lanjut Jimmy, Moratelindo masih melihat peluang untuk tumbuh, seiring dengan masih banyaknya pelaku usaha yang ingin masuk ke bisnis penyiaran terlebih setelah munculnya Undang-Undang no.6/2023 tentang Cipta Kerja. 

“Begitupun di layanan TV kabel kami, pelanggan kami masih berminat dengan layanan TV kami, ada konten-konten siaran kami yang tdk diperoleh dari layanan streaming over-the-top tersebut,” kata Jimmy kepada Bisnis, Senin (9/10/2023). 

Dia menambahkan hadinya permintaan tersebut menjadi alasan perusahaan tetap berjualan tv kabel kepada pelanggan, meski hakikatnya bisnis inti Moratelindo adalah internet rumah. 

Pelanggan korporasi dan pemerintahan masih ingin menikmati layanan tv kabel perusahaan, karena saat di rumah mereka tidak sempat untuk menonton televisi. 

“Jadi kalau ditanya berapa porsinya, Pelanggan internet dan pelanggan TV di kami, pastinya porsinya sama besar, khususnya di Jabotabek, karena setiap orang yang berlangganan internet dengan kami, pasti dapat layanan TV kabel,” kata Jimmy. 

Moratelindo menargetkan pada tahun ini dapat menggelar kabel yang melewati 80.000 rumah (homepass), yang membuat total homepass perusahaan mencapai 500.000. 

Sebelumnya, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura mengatakan dahulu alasan orang tertarik berlangganan televisi kabel karena kualitas gambar televisi antena atau free to air jelek. Selain itu, belum banyak siaran streaming tayangan dari luar negeri.  

Kondisi ini berbeda 5 - 10 tahun terakhir, ketika internet masuk, di mana masyarakat dapat mengakses siaran dengan kualtas gambar yang bagus dan tayangan luar negeri mudah diakses lewat layanan VoD seperti Netflix, Disney Hotstar, dan lain sebagainya/ Alhasil, layanan televisi kabel sudah tidak relevan.  

“Sekarang internet bandwidhnya bagus sehingga tayangan streaming menjadi jauh lebih baik. Kemudian, tayangan televisi nasional sekarang sudah banyak streamingnya. Tergerus lah kemudian itu bisnis televisi kabel,” kata Tesar.

Research and Market memperkirakan pasar video-on-demand (VoD) menyentuh US$104,42 miliar atau sekitar Rp1.606 triliun pada 2023 dan menjadi US$ 173,27 miliar atau Rp2.665 triliun pada 2028, seiring denga adopsi VoD yang makin luas.  

Dilansir dari Global Newswire, pengguna internet berbasis seluler, adopsi 5G, dan dominasi pasar menjadi pendorong pertumbuhan tersebut. Lonjakan pengguna internet berbasis seluler telah mengubah pengalaman menonton, menjadikan VoD lebih nyaman dan mudah diakses.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper