Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan unicorn fintech pertama di Indonesia, Xendit melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawannya. Hal serupa juga pernah dilakukan pada 2022. Lantas seperti apa sepak terjang Xendit belakangan ini?
Diketahui, Xendit merupakan perusahaan teknologi finansial yang menyediakan solusi pembayaran dan menyederhanakan proses pembayaran bisnis di Indonesia.
Dikutip dari laman Asosiasi Fintech Indonesia, PT Sinar Digital Terdepan (Xendit) pertama kali berdiri pada 24 Juni 2016 di Jakarta.
Alasan kehadiran Xendit adalah adanya peluang di dunia digital yang sangat besar di Indonesia. Diketahui, pada 2016 Indonesia merupakan negara dengan pengguna Facebook nomor 3 di dunia dan pengguna Instagram tertinggi ke-4 di dunia.
Oleh karena itu, Xendit melihat adanya potensi transaksi digital akan menjadi bisnis yang menjanjikan.
“Saya melihat peluang di sana, saya percaya bahwa teknologi akan mengubah dunia. Saya pikir itu yang mendasari saya memulai [bisnis] pembayaran digital,” ujar Chief Operating Officer dan Co-Founder Xendit, Tessa Wijaya.
Tessa juga melihat bahwa pembayaran melalui telepon genggam saat itu masih sangat sulit. Hal tersebut mendasarinya untuk membuat platform pembayaran digital di Indonesia.
Dia kemudian mulai mengembangkan informasi terkait pembayaran digital. Selain itu, meskipun tumbuh di luar negeri, dia mengaku ingin melakukan sesuatu untuk negaranya.
Berdasarkan laman CrunchBase, sejak 2015, Xendit setidaknya sempat mendapatkan pendanaan hingga 7 ronde dari 18 lembaga berbeda.
Pendanaan pertama dilakukan pada Agustus 2015 oleh perusahaan akselerator startup Y Combinator yang diikuti oleh Partech, Golden Gate Ventures, East Ventures, dan Convergence Ventures. Namun, memang pendanaan ini dilakukan sebelum Xendit diluncurkan dan tidak diketahui jumlah dana yang disuntikan.
Kemudian, pendanaan selanjutnya dilakukan pada Juni 2018. Pendanaan seri A ini kembali tidak diberitahukan angkanya, tetapi dipimpin oleh Kleiner Perkins, dan diikuti oleh Intudo Ventures dan Amasia.
Lalu, Xendit kembali mendapatkan pendanaan pada Maret 2021 dengan pendanaan seri B yang dipimpin oleh Accel dan diikuti oleh Y Combinator dan Amasia. Xendit pun mendapatkan dana sebesar US$64,6 juta atau sekitar Rp944,5 miliar.
Selanjutnya, merupakan pendanaan yang paling terkenal, yakni pendanaan seri C yang dipimpin oleh Tiger Global Management sebanyak US$150 juta atau sekitar Rp2,19 triliun pada September 2021.
Pendanaan inipun yang membawa Xendit menjadi startup finansial pertama yang berstatuskan unicorn atau memiliki nilai valuasi di atas US$1 miliar atau Rp14,8 triliun.
Kemudian, pada kuartal II/2022, Xendit kembali mendapatkan pendanaan seri D dengan total US$300 juta atau senilai Rp4,3 triliun. Pendanaan ini dipimpin oleh Coatue dan Insight Partner, yang diikuti oleh Accel, Tiger Global, Kleiner Perkins, EV Growth, Amasia, Intudo dan Goat Capital.
Adapun PHK yang terjadi pada 22 Januari ini, tidak diinfokan jumlah karyawan yang terdampak. Managing Director Xendit Indonesia Mikiko Steven mengatakan tindakan ini diambil untuk bisnis yang lebih bertahan lama dan peningkatan profitabilitas.
Namun, ini bukan pertama kali Xendit melakukan PHK. Sebelumnya, pada Oktober 2022, Xendit juga pernah melakukan PHK pada 5% karyawannya yang berada di Indonesia dan Flilipina.