Bisnis.com, JAKARTA - Voyager 1, pesawat ruang angkasa milik NASA, sempat hilang kontak selama 5 bulan. Tim Nasa memberikan perkembangan terbaru.
Voyager 1 sebelumnya berhenti mengirimkan data ke Bumi pada 14 November 2023, meskipun pengontrol dapat mengetahui bahwa pesawat itu masih menerima perintah mereka.
Tim misi menerima data yang kohesif pertama tentang kesehatan dan status sistem teknik Voyager 1 pada 20 April.
Melansir dari Space.com Rabu (24/4/2024), Ilmuwan Proyek Voyager di JPL, Linda Spilker mengatakan mereka telah berkomunikasi dengan pesawat itu dan meninjau informasi data tersebut yang menunjukan bahwa Voyager 1 sehat dan beroperasi dengan baik.
"Hari ini adalah hari yang besar untuk Voyager 1, kami kembali berkomunikasi dengan wahana antarbintang ini. Dan kami berharap mendapatkan data ilmiah kembali."
Pesawat itu pertama kali diluncurkan pada 1977, Voyager 1 adalah pesawat ruang angkasa pertama yang memasuki medium antarbintang oleh manusia pada 2012.
Saat ini, Voyager 1 berjarak lebih dari 24 miliar kilometer dari Bumi. Pesan yang dikirim dari Bumi membutuhkan waktu sekitar 22,5 jam untuk sampai ke pesawat luar angkasa ini.
Kembarannya, Voyager 2, juga meninggalkan tata surya pada tahun 2018. Pesawat tersebut masih berkomunikasi dan beroperasi dengan baik.
Pada 14 November 2024, setelah melakukan penjelajahan antarbintang dari 11 tahun yang lalu, kode biner Voyager 1 atau bahasa komputer yang terdiri dari 0 dan 1 yang digunakan untuk berkomunikasi dengan tim penerbangannya di NASA, tidak lagi masuk akal.
Pada Maret lalu, tim teknik Voyager di Jet Propulsion Laboratory NASA di California Selatan mengkonfirmasi bahwa masalah tersebut terkait dengan salah satu dari tiga komputer di dalam wahana antarbintang tersebut, yang disebut sebagai flight data subsystem (FDS). FDS bertanggung jawab untuk mengemas data ilmiah dan teknik sebelum dikirim ke Bumi.
Kehilangan kode tersebut membuat data ilmiah dan teknik tidak dapat digunakan. Tidak dapat memperbaiki chip tersebut, tim memutuskan untuk menempatkan kode yang terpengaruh ke bagian lain dalam memori FDS. Namun, tidak ada lokasi tunggal yang cukup besar untuk menampung bagian kode tersebut secara keseluruhan.
Mengetahui hal ini, mereka menciptakan sebuah strategi untuk membagi kode yang terpengaruh menjadi sejumlah bagian dan menyimpan bagian-bagian tersebut di berbagai lokasi dalam FDS.
Untuk menjalankan strategi ini, mereka juga perlu mengubah bagian-bagian kode tersebut agar tetap berfungsi sebagai satu kesatuan, misalnya. Semua referensi terhadap lokasi kode tersebut di bagian lain memori FDS juga harus diperbarui.
Akhirnya, pada 20 April 2024, modifikasi yang mereka buat berhasil dan membuat pesawat tersebut kembali mengirimkan sinyal setelah 5 bulan.(Muhammad Diva Farel Ramadhan)