Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan kecerdasan artifisial (artificial intelligence atau AI) sering digadang-gadang dan memunculkan narasi akan membuat orang-orang kehilangan pekerjaan. Namun, berbagai sumber menyatakan bahwa hal ini tidak akan terjadi.
Dilansir dari Harvard Business Review, Sabtu (6/7/2024) World Economic Forum melaporkan bahwa 85 juta pekerjaan dapat dilakukan mesin dan AI pada 2025. Jenis pekerjaan yang dilakukan mesin meliputi tugas repetitif dan data processing.
Namun, ini bukan hal yang perlu ditakuti. Dalam laporan yang sama, dijelaskan bahwa akan muncul 97 juta “profesi masa depan” yang dapat jadi kesempatan baik–terutama untuk pekerja entry-level.
Inilah beberapa alasan mengapa AI tidak dapat mengambil alih pekerjaan Anda, mengutip Washington Post dan Harvard Business Review.
1. Spesialisasi AI di repetisi, bukan kreativitas
AI dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia yang repetitif, seperti data entry. Hampir semua pekerjaan di masa kini membutuhkan ide-ide kreatif dan unik. Kemampuan inovatif seperti ini sangat dikuasai oleh manusia.
2. Lapangan pekerjaan baru di bidang AI
Berkembangnya AI mendorong munculnya pekerjaan di bidang yang sama. Diperlukan profesi baru seperti AI development, etika AI, hingga maintenance.
Artinya, profesi baru tersebut adalah pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya. Tingkat kompetisi lebih rendah dalam bidang ini, dan membuka kesempatan bagi pekerja muda untuk menjadi pionir.
3. Lebih banyak ruang untuk pekerjaan rumit dan gaji tinggi
Ketika pekerjaan sederhana yang repetitif dapat dilakukan AI, pekerjaan yang jauh lebih kompleks masih harus dilakukan oleh manusia. Dengan tanggung jawab yang tinggi, maka gaji yang ditawarkan bagi pekerja juga berpotensi menjadi lebih tinggi.
4. Hubungan personal dan inovasi: aspek penting dunia kerja.
Untuk pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan emosional tinggi, AI tidak mungkin dapat mengambil alih profesi. Profesi dengan pengetahuan mendalam tentang manusia–seperti peneliti, psikolog, dokter, jurnalis dan konsultan–sangat bergantung pada memahami kerumitan sifat manusia.
AI juga tidak dapat beradaptasi secepat manusia. Pekerjaan yang kegiatannya sulit diprediksi memiliki lingkungan yang terus berubah. Orang yang bekerja dalam bidang ini Misalnya, pekerjaan di bidang entertainment.
5. Waktu yang cukup untuk adaptasi
Menurut Goldman Sachs pada 2017, mobil otonom atau self-driving dapat menghilangkan 300.000 pekerjaan yang membutuhkan kegiatan menyetir. Waktu yang dibutuhkan untuk hal ini terjadi adalah sekitar 25 tahun. Jangka waktu tersebut diestimasikan cukup bagi dunia ekonomi dapat beradaptasi dengan perubahan ini.
6. Kemampuan fisik manusia yang tidak dimiliki AI.
Keterampilan yang cekatan tidak dimiliki AI, tapi telah dimiliki manusia selama ribuan tahun. Pekerjaan yang membutuhkan hal ini, ditambah dengan kemampuan pengambilan keputusan yang cepat, akan terus dilakukan manusia.
Pekerjaan yang dimaksud adalah “trade jobs” atau tenaga kerja terampil yang membutuhkan pelatihan spesifik. Contohnya seperti montir listrik, tukang pipa, pekerja konstruksi, dan sebagainya.
Dari beberapa alasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Anda tidak perlu khawatir tentang stigma AI. Namun, dunia memang semakin cepat berubah akibat perkembangan teknologi.
Simak caranya Anda dapat ikut beradaptasi dalam dunia kerja
- Cari tahu mengenai pekerjaan yang akan naik daun dalam beberapa tahun ke depan.
- Perbanyak relasi di bidang yang ingin Anda tekuni.
- Pelajari skill baru (upskilling) yang dibutuhkan dalam bidang yang ingin Anda tekuni.
- Cari tahu apa yang dapat Anda tawarkan, yang membuat Anda unik dari pekerja lain. (Ilma Rayhana)