Merah Putih Fund Bicara soal Investasi, 4 Startup Masuk Radar Semester I/2024

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 29 Juli 2024 | 14:49 WIB
Direktur Mandiri Capital Indonesia, Dennis Pratistha sedang memberikan jawaban pada saat konferensi pers acara Penandatanganan Perjanjian Partisipasi Merah Putih Fund 2023, Senin (4/9/2023).
Direktur Mandiri Capital Indonesia, Dennis Pratistha sedang memberikan jawaban pada saat konferensi pers acara Penandatanganan Perjanjian Partisipasi Merah Putih Fund 2023, Senin (4/9/2023).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Modal Ventura milik BUMN, Merah Putih Fund (MPF), menganalisis 4 startup potensial penerima pendanaan. Sejak diresmikan pada September 2023, gabungan dari 5 corporate venture capital (CVC) tersebut terus menahan diri untuk berinvestasi. Total ada US$300 juta atau sekitar Rp4,5 triliun dana yang digenggam oleh MPF. 

Chief Project Management Office (PMO) MPF Eddi Danusaputro mengatakan MPF saat ini masih dalam tahap due diligence atau uji tuntas dengan beberapa perusahaan rintisan sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

Proses uji tuntas berjalan lebih lama dibandingkan dengan perusahaan modal ventura lainnya karena melibatkan tim eksternal. 

Modal Ventura gabungan dari Mandiri Capital, BNI Ventures, MDI Ventures, Telkomsel Ventures, dan BRI Ventures ini sangat berhati-hati dalam menyalurkan dana terlebih di tengah ‘musim dingin; teknologi.  

“Ada 4 yang sedang kami analisis. Due Diligence memang lebih lama daripada proses normal, yang terpenting quality bukan quantity,” kata Eddi kepada Bisnis, Senin (29/7/2024).

Eddi belum dapat memberitahu nilai investasi yang akan disalurkan nanti, pun dengan waktu investasi. Tidak ada jaminan bahwa investasi akan digelontorkan tahun ini. Semuanya tergantung pada kesepakatan yang terjalin antara perusahaan rintisan dengan MPF. 

“Perlu sepakati deal dengan calon investees atau perusahaan yang diinvestasikan,,” kata Eddi.

Eddi juga mengatakan kondisi tech winter yang terjadi dalam waktu yang panjang, juga menjadi perhatian MPF sehingga sangat selektif dalam menyalurkan pendanaan. 

Laporan Tracxn, platform riset pasar berbasis SaaS, menyebutkan pendanaan perusahaan rintisan teknologi di Indonesia mengalami penurunan tajam sebesar 64% secara tahunan menjadi US$191 juta pada pertengahan 2024, dibandingkan dengan US$526 juta pada paruh pertama 2023. 

Lebih rinci, pendanaan tahap awal mengalami penurunan 42% year on year (YoY) menjadi US$26 juta, sedangkan pendanaan tahap  tengah turun 42%YoY menjadi US$113 juta. Pendanaan tahap akhir mengalami penurunan signifikan sebesar 92% YoY menjadi $52,2 juta. MPF belum terlibat sama sekali dalam pendanaan tersebut. 

Pada September 2023, MPF menyampaikan bahwa dana maksimal yang mereka gelontorkan ke satu perusahaan rintisan tidak lebih dari 10 persen dari total dana kelolaan atau sekitar Rp457 miliar. 

Chief Project Management Office (PMO) MPF Eddi Danusaputro mengatakan saat ini MPF memiliki dana kelolaan sebesar US$300 juta atau sekitar Rp4,57 triliun. Artinya, 10 persen dari dana kelolaan adalah sekitar US$30 juta atau sekitar Rp457 miliar (kurs: Rp15.238).  

Kendati demikian, Eddi juga mengatakan angka persentase maksimal tersebut dapat berubah sewaktu-waktu. 

Eddi juga menyampaikan bahwa sasaran portfolio MPF akan didominasi oleh startup yang ada di bidang teknologi. 

Terdapat sejumlah hal yang akan menjadi pertimbangan MPF dalam memilih startup yang diinvestasikan seperti pemiliknya yang asli Indonesia dengan fokus pasarnya juga Indonesia. Menurut Eddi, inipun seturut dengan tujuan awal MPF adalah dari Indonesia untuk Indonesia. 

Kemudian, Eddi juga berpendapat perusahaan rintisan yang disasar juga harus memiliki rencana exit atau IPO di Indonesia. Namun, Eddi juga tidak menutup kemungkinan jika perusahaan tersebut ada rencana untuk IPO di negara lain.

Menurut Eddi, hal ini akan tergantung dari nilai pasar masing-masing perusahaan.

Lebih lanjut, Eddi juga mengatakan MPF tidak spesifik hanya menjurus ke satu sektor saja. Menurut Eddi, pendanaan ini terbuka mulai dari sektor fintech, logistik, dan lain sebagainya. 

Dia juga mengungkapkan jika perusahaan yang diincar hanya perusahaan dengan valuasi mulai dari US$50-300 juta atau sekitar Rp761 miliar hingga Rp4,57 triliun.

“Yang tidak agnostik mungkin dari segi tahapan. Kita tidak main di seed (pendanaan awal), dan juga kalau levelnya berapa ratus juta valuation (nilai valuasinya) menuju unicorn mungkin juga bukan switch hold kita,” ujar Eddi.

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper