Dua Ilmuwan Sabet Penghargaan Nobel dari AI, Dapat Julukan "Bapak AI"

Mutiara Nabila
Rabu, 9 Oktober 2024 | 16:08 WIB
Ilustrasi kecerdasan buatan/doc.Microsoft
Ilustrasi kecerdasan buatan/doc.Microsoft
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Penghargaan Nobel bidang Fisika tahun ini diberikan kepada dua ilmuwan, berkat perke.bangan teknologi kecerdasan buatan, yang membuat keduanya mendapat julukan sevagai "Bapak AI".

Penghargaan Nobel Fisika diberikan kepada Geoffrey Hinton dan John Hopfield, atas karya mereka di bidang pembelajaran mesin (machine learning).

Profesor Inggris-Kanada Hinton terkadang disebut sebagai "Bapak AI" dan mengatakan bahwa dia sangat terkejut dengan panggilan tersebut.

Sebelumnya, dia telah mengundurkan diri dari Google pada 2023, dan telah memperingatkan tentang bahaya mesin yang dapat mengalahkan manusia.

Profesor Amerika John Hopfield, yang sudah berusia 91 tahun, adalah seorang profesor di Princeton University di AS, dan Prof. Hinton, 76 tahun, adalah seorang profesor di University of Toronto di Kanada.

Menurut keduanya, pembelajaran mesin adalah kunci dari kecerdasan buatan karena mengembangkan cara komputer dapat melatih dirinya sendiri untuk menghasilkan informasi.

Pembelajaran mesin mendorong berbagai teknologi yang kita gunakan saat ini, mulai dari cara kita mencari di internet hingga mengedit foto di ponsel.

Mengutip BBC, Royal Swedish Academy of Sciences menyebutkan beberapa aplikasi penting dari karya kedua ilmuwan tersebut, termasuk meningkatkan pemodelan iklim, pengembangan sel surya, dan analisis gambar medis.

Penelitian awal Prof. Hinton tentang jaringan neural (neural networks) membuka jalan bagi sistem AI saat ini seperti ChatGPT.

Dalam kecerdasan buatan, jaringan neural adalah sistem yang mirip dengan otak manusia dalam cara mereka mempelajari dan memproses informasi. Mereka memungkinkan AI untuk belajar dari pengalaman, seperti yang dilakukan manusia. Hal itu disebut pembelajaran mendalam.

Prof. Hinton juga mengatakan karyanya pada jaringan neural buatan bersifat revolusioner.

Namun, dia mengatakan bahwa dia juga memiliki kekhawatiran tentang masa depan. Dia mengatakan sangat bersedia untuk melakukan pekerjaan yang sama lagi, tetapi khawatir akan konsekuensi keseluruhan yang mungkin menghasilkan sistem yang lebih cerdas daripada manusia yang pada akhirnya dapat mengambil alih kendali.

Hinton juga mengatakan bahwa dia menggunakan chatbot AI ChatGPT4 untuk banyak hal tetapi dia juga menegaskan bahwa alat tersebut tidak selalu memberikan jawaban yang benar.

Sementara itu, Profesor John Hopfield adalah penemu jaringan yang dapat menyimpan dan membuat ulang pola.

Dia menggunakan fisika yang menggambarkan karakteristik material karena putaran atom.

Dengan cara yang sama seperti bagaimana otak mencoba mengingat dengan menggunakan penggalan kata-kata yang terkait, Prof. Hopfield mengembangkan jaringan yang dapat menggunakan pola yang tidak lengkap untuk menemukan jawaban yang paling mirip.

Komite Penghargaan Nobel mengatakan bahwa karya kedua ilmuwan tersebut telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari saat ini, termasuk dalam pengenalan wajah dan penerjemahan bahasa.

Namun Ellen Moons, ketua Komite Nobel Fisika, mengatakan bahwa perkembangan pesatnya juga telah menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan manusia secara kolektif.

Atas karyanya, kedua Bapak AI ini berbagi hadiah senilai 11 juta kronor Swedia atau sekitar Rp16,6 miliar.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper