Bisnis.com, JAKARTA -Jumlah perusahaan rintisan (startup) Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan Australia, Inggris, hingga India. Secara total, jumlah startup di Tanah Air sekitar mencapai 2.692 perusahaan pada Desember 2024.
Mengutip laporan DataIndonesia yang melansir Startup Ranking, secara global total startup di dunia sebanyak 153.517 startup per 17 Desember 2024. Dari jumlah tersebut, sebanyak 54% atau 82.421 startup berada di Amerika Serikat.
Posisi kedua ditempati oleh India yang memiliki 17.515 startup. Kemudian, jumlah startup di Inggris dan Kanada masing-masing sebanyak 7.537 perusahaan dan 4.063 perusahaan.
Sebanyak 3.022 startup berada di Australia. Lalu, Indonesia menempati urutan keenam dengan jumlah startup sebanyak 2.692 perusahaan.
Dalam perkembangannya, startup di Indonesia terus mengalami penurunan. Beberapa startup raksasa melakukan perampingan karyawan, penutupan layanan hingga bangkrut.
Mengawali 2024, startup travel Pegi-pegi mengumumkan penghentian layanan. Persaingan yang ketat dan keterbatasan dana diduga menjadi penyebab.
Startup pendidikan yang telah beroperasi selama 20 tahun, Zenius, juga mengalami nasib yang sama dan memutuskan tutup pada awal 2024. CEO Zenius Sabda PS menyebut tantangan operasional menjadi penyebab startup tersebut tutup.
Sementara itu, perusahaan startup raksasa seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) juga melakukan penyederhanaan dengan menutup beberapa aplikasi dan kantor cabang di luar negeri.
Tokopedia memutuskan untuk menutup layanan Tokopedia Now pada Agustus 2024 dengan alasan konsolidasi. Penutupan terjadi setelah 75% saham Tokopedia dikuasai TikTok.
“Sebagai bagian dari kajian bisnis secara menyeluruh pascadekonsolidasi Tokopedia, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis Tokopedia Now,” kata Head of Corporate Communications PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) Sinta Setyaningsih kepada Bisnis.
GOTO juga menutup operasional layanan mereka, GoViet, di Vietnam pada 16 September 2024.
Layanan ride hailing ini mulanya dibuka pada 6 tahun lalu, tepatnya pada 2018 di Hanoi. Peresmian tersebut dihadiri oleh CEO Go-Jek yang saat itu masih dijabat oleh Nadiem Makarim, CEO Go-Viet Nguyen Vu Duc, hingga Presiden Jokowi.
Adapun alasan penutupan operasional GoViet ini dilakukan untuk mengejar profitabilitas dan fokus pada pengembangan dalam negeri.
Corporate Secretary GoTo Koesoemohadiani mengatakan pihaknya mengambil keputusan strategis ini agar bisa lebih fokus mengembangkan dan memperkuat kegiatan operasional yang dapat memberikan potensi pertumbuhan signifikan secara berkelanjutan.
“Strategi ini sejalan dengan agenda Grup GoTo dalam mendorong pertumbuhan bisnis jangka panjang,” katanya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (4/9/2024).
Dia menjelaskan, bisnis Gojek di Vietnam menyumbang kurang dari 0,5% dari nilai transaksi kotor (GTV) Grup GoTo dan 2% dari GTV on-demand services di 2Q24. “Sehingga, keputusan bisnis ini tidak akan berdampak negatif pada operasional Perseroan secara lebih luas, serta kinerja bisnis dan keuangan secara menyeluruh,” katanya.
Kredit Startup
Sementara itu, pada masa kampanye, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka berjanji akan menghadirkan kredit khusus perusahaan rintisan (startup) milenial. Gagasan tersebut muncul di tengah kondisi badai PHK di industri startup sejak 2022.
Gibran mengatakan saat ini pemerintah telah memiliki berbagai macam kredit seperti kredit usaha rakyat (KUR) dan kredit Mekar. Rencananya, Gibran akan menambahkan kredit baru lagi untuk perusahaan teknologi.
Sayangnya, Gibran tidak menjelaskan secara rinci kredit baru yang bakal diluncurkan itu.
"Nanti akan kami tambahkan lagi. Kredit startup milenial," kata Gibran setelah menyelesaikan pendaftaran di KPU Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Gibran mencentuskan gagasan tersebut di tengah kondisi industri startup yang sedang bergejolak.
Merujuk pada laporan DataIndonesia.id yang mengutip Layoffs.fyi, secara global, jumlah karyawan startup di dunia yang terkena PHK sebanyak 204.665 orang sejak 1 Januari - 3 Mei 2023.
Adapun, sebanyak 19.026 karyawan menjadi korban PHK dari 81 startup di dunia pada kuartal II/2023. Jumlah itu turun 89,8% dibandingkan pada kuartal sebelumnya yang sebanyak 185.639 karyawan di 649 startup.