Bisnis.com, JAKARTA - Pelarangan operasional TikTok di Amerika Serikat dinilai dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menekan anak usaha Bytedance itu untuk berkontribusi lebih besar di Indonesia.
Direktur Eksekutif ICT sekaligus pengamat ekonomi digital, Heru Sutadi menyampaikan salah satu yang dapat dimanfaatkan pemerintah dengan mendorong TikTok agar membantu pengembangan talenta digital dan membuat aturan terkait usia penggunq TikTok.
“Termasuk juga investasi TikTok di Indonesia,” kata Heru kepada Bisnis, Senin (20/1/2025).
Dorongan ini, kata Heru perlu dilakukan mengingat Indonesia merupakan negara pengguna internet dan TikTok cukup besar.
Adapun, berdasarkan data Statista Indonesia berada di peringkat pertama pengguna TikTok paling banyak di dunia. Per Juli 2024, ada sebanyak 157,6 juta pengguna TikTok.
Data Indonesia.id, mengutip dari Momentum Works, melaporkan bisnis e-commerce milik TikTok, TikTok Shop memiliki nilai penjualan bruto atau gross merchandise value (GMV) yang diperkirakan mencapai US$32,6 miliar atau Rp 528,12 triliun (kurs Rp 16.200/US$).
Dilihat dari negaranya, Amerika Serikat (AS) menjadi penyumbang GMV TikTok Shop terbesar di dunia pada 2024 dengan nilai mencapai US$9 miliar dollar. Angka ini melesat 650% secara tahunan (year on year/YoY).
Indonesia menempati urutan kedua negara penyumbang GMV TikTok Shop terbesar global pada tahun lalu. Nilainya ditaksir mencapai US$6,198 miliar atau tumbuh 39% (YoY).
Dengan potensi tersebut, Heru menilai Indonesia merupakan andalan TikTok dan akan jadi pasar layanan utama platform tersebut.
Tidak hanya itu, prediksi Indonesia bakal jadi pasar utama TikTok juga terlihat dari sikap pemerintah yang menyambut baik platform China ini di Tanah Air.
Selain itu, dengan tidak rumitnya peraturan yang ada, bakal membuat tidak adanya tantangan bagi TikTok untuk berkembang lebih besar di Indonesia.
“Apalagi, banyak orang Indonesia senang menonton dan membagikan konten Youtube (di TikTok),” ujarnya.
Adapun TikTok memulihkan akses layanannya di Amerika Serikat (AS) setelah Presiden terpilih Donald Trump mengatakan akan kembali menghidupkan akses aplikasi tersebut pasca pelantikan yang akan berlangsung pada hari ini, Senin (20/1/2025).
TikTok telah resmi diblokir oleh AS. Namun demikian, pemblokiran TikTok memicu banyak kontroversi. Apalagi, Trump sejak awal tidak berminat untuk melakukan aksi pemblokiran terhadap layanan platform media sosial alias medsos yang kerap diasosiasikan lekat dengan kepentingan China tersebut.
"Sebagai hasil dari upaya presiden Trump, TikTok kembali ke AS," demikian pernyataan yang dikutip dari Reuters.
TikTok sebelumnya juga telah mengeluarkan pernyataan kepada pengguna AS setelah memperoleh laporan bahwa publik bisa mengakses situs web layanan tersebut. Sementara itu, aplikasi TikTok yang jauh lebih banyak digunakan, kembali bisa digunakan untuk beberapa layanan dasar.
"Sesuai dengan penyedia layanan kami, TikTok sedang dalam proses memulihkan layanan," kata TikTok dalam pernyataan sebelumnya.
Adapun ucapan terima TikTok kepada Trump terjadi pada saat yang menegangkan dalam hubungan antara AS-China. Trump memang ingin mengenakan tarif tinggi China. Namun demikian, dia juga berharap untuk memiliki lebih banyak kontak langsung dengan pemimpin China.
Sebelumnya, TikTok berhenti beroperasi untuk pengguna AS pada Sabtu malam.
Pejabat AS telah memperingatkan bahwa di bawah perusahaan induk China ByteDance, TikTok berisiko menyalahgunakan data pribadi milik orang Amerika.