Cak Imin Peringatkan AI Mengaburkan Fakta, Minta Masyarakat Waspada

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 11 Februari 2025 | 15:26 WIB
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar ANTARA/Rio Feisal
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar ANTARA/Rio Feisal
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin meminta masyarakat waspadai teknologi kecerdasan buatan (AI) yang terkadang digunakan untuk mengaburkan fakta yang sebenarnya. 

Muhaimin juga mengatakan bahwa kecerdasan buatan juga kerap disalahgunakan untuk hal-hal negatif. Oleh sebab itu, masyarakat harus bijak menggunakan AI. 

“Karena itu kita semua harus waspada, dan pemerintah akan terus berusaha agar perkembangan AI ini inklusif, adil, transparan, dan benar-benar tidak merugikan,” kata lelaki yang akrab disapa Cak Imin kepada awak media, Selasa (11/2/2025).

Cak Imin menuturkan meski AI memiliki ancaman, pihaknya tetap akan menggunakan AI secara hati-hati 

Sementara itu, Founder and Chairman of Foreign Policy Community of Indonesia Dino Patti Djalal mengatakan AI memiliki dua sisi. Sebagai akselerator dan ancaman bagi kebebasan. 

Penggunaan AI secara tanpa kebijakan akan berdampak pada kebebasan, karena akhirnya manusia bergantung pada AI hingga tidak mengenal dirinya. 

“Kebebasan adalah kebebasan untuk menjadi diriku. Kebebasan untuk menjadi dirimu. Tetapi apa artinya kebebasan ketika kamu tidak lagi dirimu? Kamu tidak lagi memiliki identitasmu,” kata Dino. 

Dino menambahkan AI juga kerap digunakan untuk kejahatan seperti mencuri 1 juta dolar. Untuk mencegah hal, para pemangku kepentingan perlu berkolaborasi mencegah dampak negatif dari AI. 

The Hackernews melaporkan peneliti keamanan siber baru-baru ini mengungkapkan bahwa model bahasa besar (LLM) dapat digunakan untuk menghasilkan varian baru kode JavaScript berbahaya dalam skala besar yang sulit untuk dideteksi

Temuan tersebut menunjukkan bahwa LLM memungkinkan penjahat untuk mengubah dan memodifikasi kode jahat yang sudah ada agar lebih sulit dikenali oleh sistem deteksi otomatis.

Menurut penelitian tersebut, penjahat siber dapat memanfaatkan LLM untuk menulis ulang malware yang ada dengan cara yang tampak lebih alami dan kompleks. 

Kode tersebut dapat mengecoh sistem pembelajaran mesin (ML) yang dirancang untuk mendeteksi potensi ancaman. 

"Penjahat dapat meminta LLM untuk melakukan transformasi yang tampak jauh lebih alami, yang membuat pendeteksian malware ini lebih menantang," kata peneliti Palo Alto Networks.

Dengan menggunakan teknik pengaburan berbasis LLM, para penyerang dapat menghasilkan hingga 10.000 varian baru dari kode JavaScript berbahaya tanpa mengubah fungsionalitas dasarnya. 

Meskipun penyedia LLM seperti OpenAI telah memperkenalkan berbagai pembatasan untuk mencegah penggunaan alat mereka dalam aktivitas berbahaya. Namun, penjahat siber terus mencari cara untuk mengotomatisasi pembuatan email phishing yang meyakinkan dan malware baru. 

Bahkan, alat seperti WormGPT kini dipromosikan sebagai cara untuk menciptakan email phishing yang sangat meyakinkan dengan sedikit usaha manual.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper