Nvidia Rilis Chip Grace Blackwell, Mampu Olah 1.000 Triliun Operasi Komputasi/Detik

Lukman Nur Hakim
Rabu, 19 Maret 2025 | 10:17 WIB
Kantor pusat Nvidia di Santa Clara, California, AS, pada hari Rabu, 28 Agustus 2024./Bloomberg-Loren Elliott
Kantor pusat Nvidia di Santa Clara, California, AS, pada hari Rabu, 28 Agustus 2024./Bloomberg-Loren Elliott
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Nvidia mengumumkan jajaran baru superkomputer AI Persona yang didukung oleh platform chip Grace Blackwell, yang mampu mendukung 1.000 triliun operasi komputasi per detik.

Melansir dari Techcrunch, Rabu (19/3/2025) pengumuman ini dilakukan dalam ajang GTC 2025 dan dilakukan langsung oleh Jensen Huang, pendiri dan CEO Nvidia.

Dalam pengumuman ini, Huang memperkenalkan dua mesin baru, yakni DGX Spark dan DGX Station.

DGX Spark, yang sebelumnya dikenal sebagai Project Digits, dan DGX Station dirancang untuk memungkinkan pengguna membuat prototipe, menyempurnakan, serta menjalankan model AI di berbagai ukuran dan skala di edge. 

“Seperti inilah seharusnya komputer, dan seperti inilah komputer akan berjalan di masa depan. Dan kami memiliki jajaran lengkap untuk perusahaan sekarang, dari yang kecil dan mungil hingga yang workstation,” kaya Huang.

DGX Spark mampu menghasilkan hingga 1.000 triliun operasi komputasi AI per detik, berkat chip GB10 Grace Blackwell Superchip milik Nvidia. 

Sementara itu, DGX Station dilengkapi dengan Nvidia GB300 Grace Blackwell Ultra Desktop Superchip, yang dipadukan dengan memori 784GB.

DGX Spark sudah tersedia saat ini, sedangkan DGX Station diharapkan dapat dirilis pada akhir tahun ini melalui mitra manufaktur besar seperti Asus, Boxx, Dell, HP, dan Lenovo.

“Agen AI akan ada di mana-mana. Cara mereka beroperasi, perusahaan mana yang beroperasi, dan cara kita menjalankannya akan sangat berbeda. Jadi, kita membutuhkan jajaran komputer baru. Dan inilah dia,” ujarnya.

Sebelumnya, Jensen menaruh perhatian terhadap DeepSeepk. Dia mengatakan pasar keliru menilai kemajuan teknologi DeepSeek serta potensi dampak negatifnya terhadap bisnis pembuat chip tersebut.

Sebaliknya, Jensen menyebut model penalaran open source R1 buatan DeepSeek sebagai hal yang sangat menarik dan memberi keuntungan bagi perusahaan.

Jensen mengatakan pasar merespons R1 seolah-olah teknologi AI sudah selesai dan manusia tidak membutuhkan lagi komputasi karena DeepSeek dapat menghadirkan efisiensi. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya. 

Dengan kehadiran DeepSeek, adopsi dan penetrasi AI makin cepat, bukan menghapus kebutuhan seperti yang diproduksi Nvidia. 

“R1 membuat semua pihak menyadari bahwa model AI bisa jauh lebih efisien dari perkiraan sebelumnya. Ini memperluas sekaligus mempercepat adopsi AI,” kata Jensen, dilansir dari Techcrunch Minggu (23/2/2025).

Jensen mengatakan R1 menunjukkan AI dapat dijalankan dengan sumber daya lebih hemat, memungkinkan perusahaan kecil dan startup mengembangkan aplikasi AI tanpa investasi infrastruktur besar. Ini memperluas basis pengguna AI di berbagai sektor

Meski pra-pelatihan (pre-training) lebih efisien, proses pasca-pelatihan (reasoning) tetap membutuhkan daya komputasi tinggi. Huang menekankan penalaran adalah tahap yang sangat intensif komputasi, area di mana chip Nvidia tetap dominan. 

R1 memicu persaingan untuk mengembangkan model lebih efisien, yang justru meningkatkan permintaan solusi komputasi canggih. Huang menyebut ini sebagai bahan bakar pertumbuhan pasar AI. Nvidia berperan sebagai penyedia infrastruktur kunci dalam hal ini. 

Pujian juga kepada DeepSeek juga pernah dilontarkan oleh CEO OpenAI Sam Altman, yang menilai kecerdasan buatan (AI) R1 dari startup AI China, DeepSeek, sebagai sebuah terobosan mengesankan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Lukman Nur Hakim
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper