Dukung Ekonomi Digital, Asosiasi Sebut RI Butuh 100 Data Center Baru

Lukman Nur Hakim
Kamis, 24 April 2025 | 23:30 WIB
Karyawan melakukan pengecekan di ruangan Data Center di Jakarta, Senin (24/7/2023) JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melakukan pengecekan di ruangan Data Center di Jakarta, Senin (24/7/2023) JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) menilai tantangan Indonesia tidak hanya soal jumlah, tetapi juga kualitas infrastruktur yang mencakup kapasitas penyimpanan data, konektivitas, kesiapan regulasi, dan ekosistem digital yang mendukung data center.

Ketua umum IDPRO Hendra Suryakusuma menjelaskan dengan jumlah penduduk mencapai 280 juta jiwa dan pertumbuhan populasi 1,2% per tahun, kebutuhan akan data center di Indonesia sangat besar. 

Terlebih, akselerasi transformasi digital di sektor publik maupun swasta semakin masif, mencakup e-commerce, fintech, layanan kesehatan digital, hingga penggunaan machine learning dan kecerdasan buatan (AI).

“Potensinya bisa menumbuhkembangkan lebih dari 2 sampai 3 Gigawatt dalam 10 tahun ke depan. Kalau satu data center rata-rata butuh 30 Megawatt, berarti kita butuh sekitar 100 data center baru,” kata Hendra kepada Bisnis, Kamis (24/4/2025).

Dalam catatan Bisnis, Indonesia tercatat baru memiliki sekitar 430 data center. Angka ini masih di bawah Malaysia yang memiliki 532 fasilitas. Jumlah tersebut jauh tertinggal dari Singapura yang mengoperasikan 717 data center, meski secara geografis lebih kecil.

Lebih lanjut, Hendra mengungkapkan tiga faktor utama yang menghambat pertumbuhan data center di Indonesia. 

Pertama, aspek perizinan dan kepastian hukum masih menjadi tantangan besar, terutama untuk pembangunan data center skala besar (hyperscale). Prosesnya dinilai masih kompleks dan memakan waktu.

Permasalahan kedua adalah terkait dengan isu insentif perpajakan dan biaya energi yang juga menjadi sorotan. 

Data center itu power hungry, butuh pasokan listrik yang besar dan stabil, ditambah konektivitas fiber optik yang handal,” ujarnya.

Ketiga, ekosistem dan permintaan domestik belum sekuat Singapura yang telah menjadi hub data center regional untuk Asia Pasifik, melayani sektor keuangan hingga perminyakan. 

Menurutnya, Indonesia masih dalam tahap membangun permintaan domestik maupun internasional. Namun, dirinya optimistis bahwa dengan konsep kedaulatan digital, pusat-pusat data akan semakin banyak bermigrasi ke Indonesia.

Terkait dengan potensi kedepannya, Hendra mencatat ada sekitar 15 proyek baru yang sedang direncanakan atau dalam tahap konstruksi.

Proyek tersebut berasa dari sejumlah perusahaan anggota IDPRO seperti DCI sampai Telkom Sigma yang sedang memperluas kapasitas data center mereka.

Batam, kata Hendra  menjadi salah satu wilayah yang menarik perhatian. Nongsa Digital Park, misalnya, telah menarik 10 investor besar untuk membangun pusat data dengan total kapasitas hingga 400 Megawatt.

“Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan ekonomi digital yang terus tumbuh, Indonesia seharusnya bisa menjadi digital hub Asia Pasifik,” pungkas Hendra.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper