Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) memperkirakan butuh waktu 2-4 minggu untuk memperbaiki kabel laut PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. yang putus di sekitar laut Papua. Terdapat beberapa faktor yang membuat proses perbaikan berjalan cukup lama.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Sistem Komunikasi Kabel Laut (Askalsi) Resi Y. Bramani mengatakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan restorasi/ perbaikan SKKL sangat bergantung pada kesiapan dan spesifikasi kapal yang ada.
Selain itu faktor perizinan, cuaca, lokasi kabel yang putus juga menjadi parameter untuk mengukur cepat-lambatnya perbaikan kabel.
Jika perizinannya mudah, cuaca dalam kondisi baik dan tidak membahayakan nyawa, serta lokasi kabel mudah dijangkau, maka proses perbaikan tidak akan lama.
“Menurut saya paling cepat restorasi bisa 3-4 minggu,” kata Resi kepada Bisnis, Senin (25/8/2025).
Sementara itu dalam akun Instagramnya, Telkom menyampaikan proses perbaikan kabel laut dilakukan dalam dua tahap di titik kordinat terdampak. Tahap tersebut meliputi analisis kondisi kabel, pemuatan kabel baru, penarikan kabel lama, pengetesan, dan penyambungan kembali.
Tahap pertama diperkirakan rampung awal September 2025 dengan target memastikan layanan telekomunikasi kembali normal. Tahap kedua, permanent recovery, bertujuan untuk memastikan layanan lebih andal dan terjaga kualitasnya.
Resi menambahkan setiap ada jaringan telekomunikasi yang mengalami gangguan, pasti banyak pihak yang akan mengalami dampak kerugian. Tidak hanya masyarakat Papua, juga penyelenggara jaringan itu sendiri yang mengalami kerugian dengan harus mengeluarkan biaya untuk perbaikan.
Sementara itu di sisi masyarakat, sejumlah layanan berbasis internet akan terganggu sebab kapasitas satelit sebagai alternatif sementara jaringan tulang punggung di Papua, tidak sebanding dengan kapasitas yang diantarkan oleh serat optik.
Dia menambahkan sebenarnya jaringan telekomunikasi SMPCS 2 dapat dibantu oleh jaringan milik pemerintah (BAKTI) yaitu Palapa Ring Timur. Namun kondisinya jaringan terestrial/ inland Palapa Ring Timur segmen Nabire-Kigamani yang menghubungkan konektivitas ke Timika-Merauke saat itu mengalami fiber cut.
“Di mana lokasi fiber cut berada di wilayah zona merah (redzone) sehingga aparat keamanan setempat tidak mengizinkan Tim Operation Maintenance Palapa Ring Timur ke lokasi tanpa adanya pengawalan. Sehingga sebenarnya amat disayangkan sekali terjadi anarkisme yaitu perusakan kantor Telkom,” kata Resi..
Dia menekankan peristiwa ini menggarisbawahi bahwasanya jaringan SKKL yang menuju wilayah timur Indonesia itu sangat penting oleh karenanya perlu ditingkatkan penetrasinya.
“Kita apresiasi terhadap pihak keamanan dan pekerja telekomunikasi di Papua selaku pelaksana Palapa Ring Timur yang telah dengan sigap merestorasi jaringan telekomunikasi di sana sehingga membuat keadaan lebih kondusif saat ini,” kata Resi.
Sebelumnya, SKKL Sulawesi–Maluku–Papua Cable System 2 (SMPCS 2) putus pada 16 Agustus 2025. Akibatnya, layanan internet di sebagian wilayah Papua sempat berkurang secara kualitas karena dialihkan ke satelit, infrastruktur internet yang memiliki keterbatasan jaringan.