BISNIS.COM, JAKARTA—Perusahaan di sektor manufaktur, distribusi dan ritel dinilai perlu menerapkan business intelligent untuk menghadapi tantangan pasar. Salah satunya dengan memanfaatkan big data untuk keperluan analisis konsumen dan menyusun strategi bisnis yang tepat.
Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro mengatakan tren yang terjadi saat ini adalah pertumbuhan media sosial, layanan cloud, serta big data alias data tak terstruktur. Berbagai faktor tersebut dapat menjadi peluang bagi perusahaan jika dimanfaatkan dengan baik. Apalagi bagi industri manufaktur, distribusi dan ritel yang harus menciptakan rantai pasok yang efisien.
Menurut lembaga riset Gartner volume informasi tumbuh 59% per tahun, di mana 85% di antaranya merupakan data tak terstruktur yang tidak sesuai digunakan pada sistem manajemen data tradisional. Adapun menurut IDC layanan teknologi big data di Asia Pasifik tumbuh rata-rata 46,8% per tahun. Nilainya diperkirakan naik dari US$258,5 juta pada 2011 menjadi US$1,76 miliar pada 2016.
“Mengolah data perilaku konsumen menjadi informasi yang bernilai merupakan hal penting [bagi perusahaan],” ujar Product Marketing Manager Application Platform Microsoft Indonesia Meisari Arvini Hidayati di Jakarta hari ini, Rabu (3/4/2013).
Menurut dia, Microsoft juga tengah membidik perusahaan di sektor manufaktur, distribusi dan ritel untuk menggunakan solusi bisnis mereka seperti Microsoft Dynamics AX, Dynamics CRM dan SQL Server 2012.
Meisari menilai manufaktur adalah sektor ketiga terbesar untuk pasar analisis big data setelah sektor publik dan financial service industry. Meski begitu manufaktur dianggap menjadi sektor dengan perkembangan paling cepat khususnya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Hingga kini sumbangan terbesar pada pendapatan Microsoft untuk layanan tersebut masih berasal dari sektor financial service industry sebesar 40%, disusul manufaktur, resource dan ritel.