Bisnis.com, Jakarta—Perangkat Internet of Things (IoT) masih menjadi target serangan hacker melalui infeksi malware sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah perangkat IoT yang menurut IDC diprediksi ada sebanyak 8,6 miliar perangkat pada 2020.
Ondrej Vicek, Chief Operating Officer Avast Software mengemukakan sepanjang 2016 ada banyak botnet yang sengaja dibangun melalui sejumlah perangkat yang tidak pernah diprediksi. Menurutnya, botnet tersebut dibangun untuk melakukan mining mata uang digital seperti bitcoin, spamming dan serangan DDoS yang belum lama ini dilakukan oleh botnet Mirai.
“Avast memprediksi jumlah botnet yang bertujuan untuk membajak perangkat IoT akan semakin bertambah sepanjang tahun ini seiring bertambahnya juga perangkat IoT yang rentan untuk dieksploitasi,” tuturnya di Jakarta, Kamis (5/1).
Berdasarkan data IDC, perangkat IoT diprediksi mengalami peningkatan yang signifikan dari sebelumnya 3,1 miliar perangkat pada 2015 menjadi 8,6 miliar perangkat pada 2020. Dari sisi nilai, pasar IoT juga telah mencapai US$250 miliar pada 2015 menjadi US$583 miliar pada 2020.
Menurut Vicek, meskipun perangkat IoT sudah memiliki sistem keamanan bawaan untuk meminimalisir serangan peretas, namun hal tersebut dinilai masih belum cukup. Pasalnya, setiap perangkat rumah tangga dan kantor yang terkoneksi dengan Internet memiliki peluang yang sangat besar untuk diretas oleh hacker.
“Hal yang terpenting yaitu dengan mengedukasi diri sendiri untuk menyadari adanya resiko keamanan yang mengancam serta memastikan firmware pada perangkat tersebut selalu up to date,” katanya.
Selain itu, perangkat router yang terpasang untuk keperluan bisnis dan rumahan dinilai juga dapat menjadi celah baru bagi para peretas. Menurutnya, tindakan untuk melakukan flashing firmware untuk menutupi celah keamanan tersebut dinilai masih belum cukup dan tidak dapat bertahan lama.
“Produsen perlu menciptakan perangkat router yang pintar tahun ini, sehingga penjahat siber tidak dapat membajak perangkat smart home pengguna,” ujarnya.
Dia juga mendesak agar layanan penyedia Internet (ISP) membuat inovasi untuk mewujudkan platform router pintar dan dilengkapi dengan fitur keamanan yang tinggi untuk mengimbangi ancaman siber yang seringkali dilakukan oleh peretas melalui infeksi malware.
“Hal ini dikarenakan router merupakan jembatan utama untuk semua perangkat yang terkoneksi dan berpotensi menjadi bagian dengan celah keamanan yang memungkinkan penjahat cyber membajak.” Tuturnya.
Menurutnya, perkembangan perangkat wearables seperti smartwatch juga dewasa ini menjadi tantangan baru bagi pengguna. Dia menjelaskan perangkat tersebut tidak hanya memudahkan aktivitas penggunanya, tetapi juga sekaligus membuat celah keamanan baru.
“Seperti perangkat yang lain, wearables juga menggunakan software yang memiliki potensi untuk dapat diserang. Slogan As Wear Your Own Device (WYOD) berkembang menjadi budaya Bring Your Own Device (BYOD) sehingga memiliki peluang untuk diserang akan semakin besar,” tukasnya.