Author

Raymond R. Tjandrawinata

Profesor di Unika Atma Jaya

Lihat artikel saya lainnya

OPINI: Peran Sains Mendukung Warisan Budaya, Kolaborasi dan Manfaat

Raymond R. Tjandrawinata
Senin, 10 Juni 2024 | 22:28 WIB
Ilustrasi teknologi informasi atau IT perbankan/ Freepik.
Ilustrasi teknologi informasi atau IT perbankan/ Freepik.
Bagikan

Sains berguna dalam mendukung budaya

Berikut adalah lima argumen mengapa sains sangat berguna dalam mendukung warisan budaya: 

Presisi dalam Dokumentasi: Teknologi pemetaan dan dokumentasi yang canggih memungkinkan pelestarian detail situs bersejarah dengan akurat, sehingga informasi penting tidak hilang atau rusak seiring waktu. Misalnya, penggunaan LiDAR dan fotogrametri menghasilkan model 3D yang detail dari situs-situs bersejarah. Ini sangat membantu dalam memantau dan mencatat perubahan yang terjadi pada situs tersebut, memastikan bahwa segala upaya pelestarian dapat dilakukan berdasarkan data yang akurat. 

Sebagai contoh, dokumentasi mengenai penggunaan tanaman herbal seperti jamu dalam ritual tradisional dapat disimpan dengan tepat menggunakan teknologi ini, memastikan pengetahuan dan praktik budaya tetap terjaga untuk generasi mendatang.

Pemahaman Material: Analisis material memberikan pemahaman mendalam tentang komposisi dan kondisi artefak, yang sangat penting untuk melakukan restorasi yang tepat dan mempertahankan keasliannya. Dengan spektroskopi dan mikroskop elektron, ilmuwan dapat mengetahui bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan artefak tersebut dan bagaimana kondisi bahan tersebut saat ini. 

Informasi ini membantu dalam memilih bahan yang sesuai dan metode restorasi yang tidak merusak material asli. 

Contohnya, dalam konteks pemahaman tentang penggunaan jamu, analisis material bisa memberikan informasi mendalam tentang komposisi kimia dan sifat-sifat dari bahan-bahan alami yang digunakan, memastikan bahwa restorasi dan pelestarian dilakukan dengan cara yang paling sesuai.

Pemantauan dan Pencegahan: Teknologi pemantauan real-time memungkinkan deteksi dini perubahan kondisi lingkungan yang dapat merusak warisan budaya, sehingga tindakan pencegahan dapat segera diambil. 

Misalnya, sensor yang memantau kelembaban, suhu, dan tingkat polusi di sekitar situs bersejarah dapat memberikan data yang diperlukan untuk mencegah kerusakan sebelum terjadi. Ini sangat penting dalam upaya pelestarian jangka panjang. 

Dalam konteks pelestarian pengetahuan tentang jamu, pemantauan ini dapat membantu memastikan bahwa kondisi penyimpanan dan lingkungan tetap optimal untuk mencegah degradasi bahan-bahan alami yang digunakan dalam pembuatan jamu.

Inovasi dalam Restorasi: Penggunaan teknologi baru seperti nanoteknologi dalam proses restorasi membantu memperkuat dan melindungi situs dan artefak bersejarah dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya, nanopartikel kalsium hidroksida dapat digunakan untuk memperkuat struktur batuan di bangunan bersejarah, memastikan bahwa bangunan tersebut tetap kokoh dan terlindungi dari kerusakan lingkungan. 

Inovasi ini membawa metode restorasi ke tingkat yang lebih tinggi, memungkinkan pelestarian yang lebih efektif dan tahan lama. Dalam hal ini, teknologi modern juga bisa diterapkan dalam restorasi dan pelestarian pengetahuan tentang jamu, dengan menggunakan bahan-bahan inovatif yang mampu melestarikan khasiat dan keaslian bahan-bahan alami yang digunakan.

Dukungan Tradisi: Studi ilmiah seperti kimia analitis dan farmakologi mendukung pelestarian dan pengembangan tradisi budaya seperti jamu, memastikan bahwa praktik-praktik ini aman dan efektif bagi masyarakat. 

Analisis kimia dapat mengidentifikasi komponen aktif dalam ramuan jamu, sementara studi farmakologi dapat mengevaluasi efek dan keamanan penggunaannya. Dengan dukungan sains, tradisi seperti jamu dapat diintegrasikan dengan pengetahuan modern, memberikan manfaat kesehatan yang teruji dan terjamin keamanannya. Ini juga berlaku untuk pengobatan herbal lainnya, yang dengan validasi ilmiah, dapat diterima secara luas di dunia medis dan masyarakat umum.

Contoh menarik lainnya tentang bagaimana sains mendukung warisan budaya dapat dilihat dalam produksi K-drama (drama Korea) yang banyak mengulas tentang kerajaan dan budaya Korea. Drama seperti "Jewel in the Palace" (Dae Jang Geum) tidak hanya menampilkan kisah sejarah, tetapi juga menggunakan penelitian ilmiah untuk menggambarkan kehidupan di istana kerajaan dengan akurat. Para pembuat drama ini seringkali bekerja sama dengan sejarawan dan arkeolog untuk memastikan keakuratan pakaian, makanan, dan set latar. 

Mereka juga menggunakan teknologi modern seperti CGI (Computer-Generated Imagery) untuk menghidupkan kembali istana-istana kuno dan pemandangan sejarah lainnya dengan detail yang mengesankan. Dengan demikian, sains membantu membawa sejarah dan budaya Korea ke layar kaca dengan cara yang menarik dan edukatif, menjangkau audiens global dan memperkenalkan mereka pada warisan budaya Korea.

Namun, apabila kita hanya fokus pada budaya tanpa menggunakan sains untuk mendukungnya, ada beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi. 

Pertama, tanpa teknologi pemetaan dan dokumentasi yang canggih, kita mungkin kehilangan detail penting dari situs bersejarah seiring waktu. Informasi yang tidak terdokumentasi dengan baik bisa hilang atau rusak, yang mengakibatkan hilangnya bagian penting dari sejarah dan identitas kita. 

Kedua, tanpa pemahaman yang mendalam tentang komposisi dan kondisi material artefak, upaya restorasi mungkin tidak tepat dan bisa merusak keaslian benda tersebut. 

Ketiga, tanpa teknologi pemantauan real-time, kita tidak dapat mendeteksi perubahan kondisi lingkungan yang dapat merusak warisan budaya secara dini, sehingga tindakan pencegahan tidak bisa diambil tepat waktu. 

Keempat, tanpa inovasi dalam restorasi, metode konservasi yang kita gunakan mungkin kurang efektif dan tidak tahan lama. 

Terakhir, tanpa dukungan sains, praktik-praktik tradisional seperti jamu mungkin tidak diakui atau diterima secara luas karena kurangnya bukti ilmiah termasuk bukti efikasi penggunaan yang mendukung manfaat dan keamanannya. Ini akan memberikan bukti pada jamu untuk diklasifikasikan menjadi Obat Herbal Tersandar maupun Fitofarmaka juga sudah dilakukan uji praklinis maupun uji klinis standarisasi produk Jamu, karena kalau sudah menjadi warisan Budaya Nasional menurut UNESCO, maka jamu harus mempunyai efikasi yang dapat dipertanggung-jawabkan dan itu harus lewat proses standarisasi. 

Hal ini penting agar pengguna dari negara negara lain yang mencoba jamu dan tidak mendapat hasil yang baik, maka lama-lama jamu akan ditinggalkan oleh mereka. 

Ini berkenaan dengan kompetisi herbal dunia yang terjadi seperti Ayurveda dari India, TCM dari China, Kampo dari Jepang dan sebagainya- yang juga sudah mendunia. Pada era yang hiperkompetisi ini, mau tidak mau, jamu juga akan harus bersaing dengan mereka, bahkan di Indonesia sendiri. Karena itu, untuk kebaikan Jamu sendiri, budaya 

Jamu adalah baik, tetapi perlu menggunakan sains untuk menentukan mutu standar yang harus selalu dijaga, apalagi sudah mendapat rekognisi dari UNESCO. Jamu yang diriset dari bahan alam asli Indonesia, dengan uji praklinis dan uji klinis telah memberikan data ilmiah dalam bentuk Fitofarmaka, sehinga memiliki basis bukti saintifik, dapat diresepkan oleh para dokter dan dijadikan bagian dari sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

 Dengan demikian, sains memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam upaya melestarikan warisan budaya kita, memastikan bahwa warisan ini dapat dinikmati dan dipelajari oleh generasi mendatang. Kolaborasi antara sains dan pelestarian warisan budaya adalah langkah penting dalam menjaga identitas dan sejarah kita sebagai warga Indonesia.

Halaman:
  1. 1
  2. 2

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper