Bisnis.com, JAKARTA - Meta, perusahaan induk Instagram dan Whatsapp, tengah mengembangkan mesin pencari berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) guna mengurangi ketergantungan pada Google dan Microsoft.
Berdasarkan laporan dari The Information, mesin tersebut dilaporkan akan menyediakan ringkasan pencarian yang dihasilkan AI dari berbagai peristiwa terkini dalam chatbot Meta AI.
“Berdasarkan sumber, sebuah tim Meta telah bekerja selama sekitar delapan bulan untuk membangun basis data informasi bagi chatbot-nya,” tulis The Verge dikutip, Rabu (30/10/2024).
Saat ini, bot Meta AI yang terintegrasi di Instagram dan Facebook menggunakan Google dan Microsoft Bing untuk menjawab pertanyaan mengenai berita terkini.
Namun, dengan proyek ini, Meta berencana menyediakan ringkasan pencarian yang dihasilkan AI, memberikan jawaban yang lebih terintegrasi dan langsung dari sumbernya.
Meta juga telah memperkuat kemitraannya dengan Reuters, memungkinkan chatbot-nya menggunakan artikel berita sebagai jawaban. Selain itu, laporan menunjukkan bahwa Meta tengah membangun data lokasi yang bersaing dengan Google Maps.
Dengan langkah ini, Meta tampaknya berupaya memperkuat posisinya di pasar mesin pencari dan menciptakan solusi yang lebih mandiri dan terintegrasi.
Sementara itu, OpenAI juga mengonfirmasi bahwa mereka mengembangkan mesin pencari AI bernama SearchGPT. Di sisi lain, mesin pencari AI Perplexity tengah menghadapi gugatan dari News Corp dan ancaman hukum dari penerbit besar lainnya, termasuk The New York Times.
Sebelumnya, Meta merilis sejumlah model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) baru, salah satunya model “Self-Taught Evaluator”, yang dapat memperkecil keterlibatan manusia dalam proses pengembangan AI.
Melansir dari Reuters, model AI ini mulai diperkenalkan saat peluncuran makalah Meta pada Agustus lalu. Model ini diketahui menggunakan teknik "rantai pemikiran" yang digunakan oleh model AI OpenAI.
Teknik ini melibatkan pemecahan masalah yang kompleks menjadi langkah-langkah logis yang lebih kecil dan meningkatkan akurasi respons pada masalah dalam mata pelajaran seperti sains, pengkodean, dan matematika.
Adapun, para peneliti Meta sudah melatih AI ini untuk menghasilkan data guna mengurangi keterlibatan manusia dalam pengolahan data.
AI ini memang diproyeksikan mampu menjalankan berbagai tugas tanpa memerlukan intervensi manusia, memberikan kemungkinan untuk mengurangi kebutuhan akan metode Pembelajaran Penguatan dari Umpan Balik Manusia (RLAIF), yang saat ini masih digunakan.
Proses RLAIF melibatkan pencatat manusia yang harus memiliki keahlian khusus untuk memberi label data dan memverifikasi jawaban, terutama pada soal-soal kompleks.