Bisnis.com, JAKARTA - Ericsson, perusahaan teknologi asal Swedia, mengungkapkan ruang pemanfaatan 5G dan kecerdasan buatan (AI) di sektor manufaktur dan hilirasi industri terbuka luas. Kedua teknologi tersebut diyakini dapat meningkatkan produktivitas hingga efisiensi operasional
Head of Ericsson Indonesia Krishna Patil mengatakan Ericsson berkomitmen mendukung transformasi digital di Indonesia melalui teknologi 5G dan AI. Perusahaan menghadirkan teknologi terbaru di Tanah Air untuk menciptakan solusi yang berdampak, termasuk untuk sektor manufaktur.
“Kami bertekad menghadirkan teknologi kelas dunia untuk memberdayakan inovator menciptakan solusi berdampak besar, sekaligus memainkan peran penting dalam mempercepat terwujudnya Industri 4.0 di Indonesia,” kata Krishna dikutip Jumat (6/12/2024).
Krishna mengatakan 5G dapat membantu industri untuk menurunkan angka kecelakaan di manufaktur dalam negeri yang terbilang tinggi.
Merujuk pada data Kementerian Ketenagakerjaan, pada periode Januari - Agustus 2024, Indonesia mencatat 278.564 kasus kecelakaan kerja, dengan mayoritas melibatkan peserta penerima upah.
Untuk mengatasi hal ini, ujar Krishna, teknologi smart manufacturing yang didukung oleh 5G dapat menjadi solusi utama dalam meningkatkan keselamatan kerja.
Dengan kecepatan transfer data yang lebih tinggi dan latensi yang lebih rendah, teknologi 5G memungkinkan data dari sensor dan perangkat di lapangan dikirim dan diproses secara instan, memberikan kemampuan pengawasan secara real-time.
“Selain itu, integrasi teknologi ini dapat mendeteksi bahaya lebih dini dan mengelola aktivitas operasional secara lebih aman, sehingga mengurangi risiko kecelakaan di tempat kerja. Hasilnya, keselamatan pekerja dapat lebih terjamin, dan lingkungan kerja yang aman serta efisien pun berhasil diciptakan,” kata Krishna.
Dalam proses produksi, lanjutnya, kesalahan manual yang dilakukan oleh operator, terutama dalam perhitungan produksi, dapat mengurangi efisiensi operasional secara signifikan.
Kesulitan dalam kolaborasi jarak jauh untuk menyelesaikan masalah teknis, ditambah dengan data yang tidak akurat, sering kali memperlambat pengambilan keputusan dan memperburuk kondisi mesin.
“Tantangan tersebut dapat dijawab oleh teknologi 5G dan AI. Dengan kemampuan memberikan peringatan dini sebelum mesin mengalami kerusakan, sehingga memperpanjang masa pakai mesin dan menjaga kelancaran operasional,” tutur Krishna.
Krishna menambahkan teknologi smart manufacturing juga memainkan peran penting dalam mempercepat hilirisasi industri, yang menjadi fokus utama pemerintah Indonesia. Dengan meningkatkan efisiensi produksi, pengolahan bahan mentah menjadi produk bernilai tambah dapat dilakukan secara lebih optimal.
Teknologi smart manufacturing dapat mendukung proses hilirisasi ini dengan memungkinkan operasi jarak jauh, mengatasi tantangan lokasi tambang yang terpencil dengan jaringan terbatas.
“Smart manufacturing yang didukung oleh 5G dan Generative AI memainkan peran penting dalam mengolah konsentrat mineral, mendukung praktik berkelanjutan, dan pada akhirnya memungkinkan industri tambang Indonesia dalam memenuhi permintaan global,” kata Krishna.