Bisnis.com, JAKARTA - Aplikasi asisten AI buatan startup asal China, DeepSeek, diprediksi dapat membuat perkembangan AI di Indonesia menjadi lebih baik.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda hadirnya Deepseek mampu menjulang di antara platform AI global lainnya.
Tidak hanya itu, hadirnya Deepseek dapat menjadi contoh bagi industri teknologi dalam negeri bahwa modal kecil tidak jadi hambatan.
Apalagi, Huda melihat saat ini Industri AI dalam negeri masih dapat dikembangkan lagi dan tidak digunakan hanya untuk business oriented seperti manajemen perusahaan.
“Dengan membawa model yang bisa dikembangkan dari Deepseek, saya rasa perkembangan AI dalam negeri bisa lebih baik,” kata Huda kepada Bisnis, Senin (3/2/2025).
Huda pun menjelaskan, dengan sistem Deepseek yang open source, pengembang atau pengguna dapat melihat model, mengembangkan, atau memperbaiki model di Deepseek.
Sehingga, pengembang atau pengguna dari negara berkembang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan AI sendiri dari model Deepseek ini.
“Tentu dengan modal yang cukup rendah, model Deepseek bisa menjadi alternatif,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, DeepSeek, berhasil menyalip ChatGPT dan meraih posisi sebagai aplikasi gratis berperingkat teratas di App Store Apple di Amerika Serikat.
Melansir dari Reuters, Senin (27/1/2025), didukung oleh model AI DeepSeek-V3, aplikasi ini telah menarik perhatian besar di kalangan pengguna AS sejak dirilis pada 10 Januari, menurut data dari firma riset aplikasi Sensor Tower.
Adapun model AI DeepSeek-V3 diklaim oleh para pengembangnya memimpin papan peringkat di antara model sumber terbuka (open source) dan menyaingi model sumber tertutup (closed source) tercanggih di dunia.
Pencapaian ini menunjukkan betapa DeepSeek berhasil meninggalkan jejaknya di Silicon Valley, sekaligus meruntuhkan anggapan umum tentang dominasi Amerika Serikat dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI).
Keberhasilan ini juga menguji efektivitas kebijakan kontrol ekspor Washington yang menargetkan chip canggih dan teknologi AI China.
Model-model AI seperti ChatGPT dan DeepSeek memerlukan chip canggih untuk pelatihan. Pemerintahan Presiden Joe Biden telah memperkenalkan serangkaian pembatasan sejak 2021 yang bertujuan untuk menghentikan ekspor chip tersebut ke China, dengan tujuan mencegah pengembangan model-model AI yang kompetitif dari perusahaan-perusahaan China.