Bisnis.com, JAKARTA — Ruang pertumbuhan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dinilai masih cukup besar di tengah pelemahan daya beli dan persaingan yang makin ketat, khususnya di Indonesia Timur. Teknologi 5G disebut menjadi salah satu ruang untuk menggenjot pertumbuhan.
Sekadar informasi, sejalan dengan ekspansi Indosat ke Indonesia Timur, pendapatan emiten telekomunikasi berkode saham ISAT itu mencatatkan pertumbuhan pendapatan 9,1% secara tahunan pada 2024 menjadi Rp55,8 triliun. Sementara itu Telkom, sebagai pemain yang lebih dahulu hadir mencatat pendapatan sebesar Rp150 triliun atau tumbuh 0,5% year on year/YoY pada 2024. Meski tumbuh tipis, secara nilai pendapatan Telkom hampir tiga lipat di atas Indosat.
Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot mengatakan peluang Telkom untuk menggenjot pendapatan pada tahun ini masih terbuka.
Strategi ekspansi cakupan jaringan, usul Sigit, perlu dibarengi dengan upaya efisiensi infrastruktur seperti penggunaan infrastruktur bersama.
Telkom juga perlu mendorong strategi yang di luar layanan konektivitas seperti pengembangan ekosistem digital, untuk memberi nilai tambah bagi bisnis perusahaan.
“Selain itu, strategi adopsi teknologi baru seperti 5G juga selain berpotensi memberi sumber pemasukan baru dengan munculnya berbagai use-case baru yang lebh inovatif, juga bisa menjadi competitive advantage penting dalam persaingan industri,” kata Sigit kepada Bisnis, Kamis (22/5/2025).
Berdasarkan catatan internet Telkom, pada Mei 2025 penetrasi 5G telah mencapai 9%. Telkom melalui anak usahanya di bidang seluler, Telkomsel, telah mengoperasikan 2.500 base transceiver station (BTS) 5G yang tersebar di lebih dari 50 kota.
“Jadi upaya efisiensi opex+capex, yang dibarengi dengan strategi digital yang beyond connectivity dan ekspansi 5G agaknya imperatif,” kata Sigit
Telkom Solution
Sementara itu untuk segmen korporasi, OVP Enterprise Marketing & Regional Management Telkom, Reni Yustiani menjelaskan Telkom mendorong Telkom Solution yang berfokus pada Connectivity+, keamanan siber, dan ketiga Artificial Intelligence (AI).
Connectivity+ merupakan inovasi layanan konektivitas berkecepatan tinggi dan berkelanjutan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan komunikasi data di sektor bisnis. Layanan ini didukung oleh jaringan infrastruktur Telkom yang luas dan andal, memastikan kualitas koneksi di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu layanan AI Telkom mencakup AI for Document Processing, AI for Contact Center, hingga AI for Recruitment, yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan sekaligus mengoptimalkan pengalaman pelanggan.
Selain tiga produk tersebut, Telkom Solution juga memiliki produk Data Center & Cloud Service, Digital App Service, Mobile Service.
“Solusi tersebut dapat mempercepat transformasi digital pelaku bisnis," jelas Reni.
Buyback Saham Telkom
Di sisi lain, Telkom juga dalam jalur untuk membeli kembali sahamnya yang di publik (buyback) saham senilai Rp3 triliun melalui RUPS.
VP Investor Relations Telkom Octavius Oky Prakarsa mengatakan Buyback melalui RUPS memberikan fleksibilitas yang lebih terkait jangka waktu pelaksanaan. Perusahaan juga mempertimbangkan secara cermat perkembangan kondisi pasar yang berlaku.
“Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa alokasi dana digunakan secara efektif,” kata Oky.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan buyback Telkom menandakan manajemen yakin dengan prospek bisnis, dan valuasi perusahaan pada masa yang akan datang.
“Dengan harganya yang bermain di rentang 2.320 – 2.880, memang ini merupakan salah satu moment yang baik untuk TLKM bisa melakukan buyback. Sehingga hal ini tentu akan memberikan dampak positif secara jangka pendek,” kata Nicodemus.