Bisnis.com, JAKARTA — Salesforce, penyedia solusi digital asal Amerika Serikat, menegaskan komitmen jangka panjangnya untuk berinvestasi dan memperluas operasi di pasar Indonesia. Perusahaan berupaya mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar solusi layanan Customer Relationship Management (CRM) di dunia, termasuk Indonesia.
Laporan IDC 2024 mengungkap Salesforce mengusai sekitar 20,7% pasar CRM dunia, mengungguli Microsoft (5,2%) dan Oracle (4,1%) yang terpaut cukup jauh.
Executive Vice President & Managing Director South Asia Salesforce Arun Kumar Parameswaran mengatakan Indonesia merupakan pasar dengan potensi yang sangat besar hingga ratusan juta dollar.
Perusahaan sangat serius dalam menyasar pasar ini dan berinvestasi besar pada pembangunan tim, mitra, hingga ekosistem di Indonesia.
“Kami di sini untuk jangka panjang dan akan terus berinvestasi, baik di SDM maupun relasi bisnis," kata Arun saat ditemui awak media di Jakarta, Rabu (16/7/2025).
Arun melanjutkan Salesforce tidak hanya berinvestasi pada karyawan dan teknologi, tetapi juga pada jaringan mitra lokal. Arun menilai kolaborasi antara internal Salesforce, partner, dan pelanggan merupakan kunci pertumbuhan perusahaan.
Arun menuturkan Salesforce memiliki target yang ingin dicapai pada tahun ini, namun dia tidak bisa memberitahu secara pasti target tersebut. Sebagai perusahaan dengan nilai lebih dari US$40 miliar, perusahaan melihat peluang yang sangat besar dalam mendorong kemajuan Indonesia, terlebih dengan perkembangan masif kecerdasan buatan di Indonesia, yang diramal mencapai Rp163,3 triliun pada 2030.
Dalam mewujudkan misi tersebut, salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan mendorong layanan Hyperforce, yakni arsitektur platform generasi terbaru Salesforce.
Hyperforce adalah platform cloud yang memungkinkan layanan Salesforce dapat dijalankan di cloud publik seperti Alibaba Cloud, AWS, dan lain sebagainya. Pelanggan hanya menentukan cloud public yang sesuai dengan mereka, agar latensi rendah, maka layanan Salesforce dapat diterapkan.
Hyperforce membantu pelanggan menyimpan data mereka tetap aman di dalam negeri, sehingga secara kepatuhan terhadap regulasi tetap terpenuhi. Ini menjadi solusi tepat bagi sektor perbankan dan finansial biasanya cukup rumit terkait penyimpanan data krusial.
Infrastruktur Hyperforce tersusun atas kode, tidak melulu berupa perangkat keras, dan inilah yang mendukung delivery Agentforce, Platform Salesforce, serta Customer 360 Apps bisa dilakukan dengan cepat dan andal di seluruh dunia.
"Hyperforce akan memberikan keyakinan lebih kepada pelanggan kami terkait kedaulatan dan keamanan data, serta kepastian regulasi karena data disimpan secara lokal di Indonesia," kata Arun.
Dampak Efisiensi Prabowo dan Tarif Trump
Seperti diketahui, Salesforce merupakan perusahaan dengan target pasar korporasi (B2B). Dalam perkembangannya, Indonesia saat ini tengah melakukan efisiensi.
Anggaran di sejumlah kementerian dan lembaga dipangkas. Pada saat yang sama, rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga mengancam menerapkan sanksi tarif resiprokal terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Mengenai langkah efisiensi tersebut dan dampaknya ke bisnis Salesforce, Arun enggan berkomentar banyak. Namun dia menjelaskan meski terjadi efiensi, di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, jumlah pengguna Salesforce terus bertambah yang menandakan kekuatan dan ketangguhan dari layanan Salesforce.
“Faktanya, terlepas dari itu [efisiensi], orang tetap harus melakukan apa yang harus mereka lakukan untuk pelanggan. Mereka tetap harus melakukan modernisasi, transformasi, perubahan customer experience, dan semua hal tersebut,” kata Arun.
Arun mengatakan sejauh ini permintaan pelanggan terhadap layanan Salesforce terus meningkat —dan itu di seluruh kawasan, bukan hanya Indonesia.
Dia juga mengatakan bahwa salah satu nilai perusahaan adalah kepercayaan. Oleh sebab itu, perusahaan membangun Hyperforce di Indonesia untuk memastikan kepada pelanggan bahwa data mereka aman bersama Salesforce.
“Kami sudah melakukan engagement misalnya dengan OJK atau Komdigi untuk mendapatkan masukan demi membangun platform yang aman bagi pelanggan kami. Jadi seperti itu kami sudah bermitra dengan pemerintah, dan di luar itu kami juga memiliki fokus pada sektor publik, di mana kami tahu kementerian pun meskipun fokus pada efisiensi,” kata Arun.