Driver Ojol Mengeluh Biaya Aplikasi Mahal, Pindah Platform jadi Solusi?

Ni Luh Anggela
Jumat, 23 Mei 2025 | 08:15 WIB
Pengemudi ojek online (ojol) menggelar unjuk rasa di kawasan bundaran Patung Kuda, Jakarta, Selasa (20/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengemudi ojek online (ojol) menggelar unjuk rasa di kawasan bundaran Patung Kuda, Jakarta, Selasa (20/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengimbau pengemudi ojek online (ojol) untuk beralih ke platform aplikasi lain. Tangapan atas tuntutan mitra driver ojol terkait biaya aplikasi yang mahal.

Diketahui, Asosiasi pengemudi ojek online Garda Indonesia kembali menyuarakan tuntutan penurunan potongan komisi platform menjadi 10% dari awalnya 20%.

Jika hingga akhir Mei 2025 tidak ada keputusan dari pemerintah, pengemudi ojek online mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa dalam skala lebih besar.

Garda Indonesia menyampaikan tuntutan ini diajukan lantaran potongan biaya aplikasi oleh aplikator dinilai sudah melebihi batas regulasi yang ditetapkan sebesar 20%.

Menanggapi hal tersebut, Maman menyarankan agar mitra driver pindah platform jika tidak puas dengan kebijakan biaya aplikasi yang ditetapkan aplikator.

Hal tersebut diungkapkan Maman usai mengadakan pertemuan dengan perwakilan perusahaan transportasi online Maxim dan inDrive di Kantor Kementerian UMKM, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

“Jadi saya menyarankan daripada teman-teman kita [ojol] sibuk berpolemik, sibuk dengan segala macam perdebatan, saya rasa kita sederhanakan saja,” kata Maman dalam konferensi pers di Kantor Kementerian UMKM, Jakarta Selatan, Rabu (21/5/2025).

Maman mengatakan, Kementerian UMKM memiliki kewajiban untuk menjaga hubungan kemitraan yang kondusif, konstruktif, serta positif antara aplikator dan pengemudi transportasi online. 

Apalagi, dia menyebut bahwa banyak pengusaha-pengusaha mikro yang bergantung pada aplikasi transportasi online.

Menurutnya, jika pengemudi ojol keberatan dengan potongan tarif 15%-20%, maka dapat beralih ke aplikasi lain yang memberikan potongan di bawah angka tersebut. 

Terlebih, kata Maman, ojol tidak dilarang untuk menggunakan lebih dari dua hingga tiga aplikasi untuk melakukan pekerjaannya.

Dia mencontohkan, pengemudi ojol dapat beralih ke aplikasi Maxim yang memiliki potongan tarif antara 8%-13% atau inDrive sekitar 10,54%.

“Kalau misalnya ada teman-teman ojek online ataupun yang kurang berkenan dengan tarif 15-20%, saya rasa bisa menggunakan Maxim yang tarif bagi hasilnya 8-13% atau inDrive 10,54%,” ujarnya.

Sebelumnya, aksi unjuk rasa besar-besaran oleh pengemudi ojek online (ojol) pada 20 Mei 2025 disebut menimbulkan potensi kerugian ekonomi yang cukup besar hingga ratusan miliar. 

Peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memperkirakan nilai transaksi yang terdampak mencapai sekitar Rp187,95 miliar dalam satu hari.

Ketua Komisi V DPR RI Lasarus menyampaikan bahwa nilai kerugian tersebut dihitung berdasarkan potensi penurunan gross transaction value (GTV) dari layanan transportasi daring. 

Dia mengatakan angka ini menggambarkan pentingnya peran ojek online dalam kegiatan ekonomi harian, khususnya di kawasan perkotaan.

“Besarnya angka itu menggambarkan pentingnya peran ojol dalam kegiatan ekonomi sehari-hari, khususnya di kota urban seperti Jakarta dan sekitarnya,” ujar Lasarus dalam RDP dengan Driver Aplikasi Transportasi Online, Rabu (21/5/2025).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper