Kapasitas Starlink di Indonesia Habis, Harga Layanan Berpotensi Naik

Leo Dwi Jatmiko
Minggu, 13 Juli 2025 | 11:20 WIB
Satelit SpaceX meluncurkan 12 Starlink dari Florida, Amerika Serikat/dok. Tangkapan layar SpaceX
Satelit SpaceX meluncurkan 12 Starlink dari Florida, Amerika Serikat/dok. Tangkapan layar SpaceX
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pembatasan layanan satelit orbit rendah Starlink bagi masyarakat Indonesia berpotensi membuat harga layanan internet berbasis satelit tersebut meningkat.

Saat ini harga layanan Starlink di Indonesia bervariasi tergantung pada paket yang dipilih. Ada dua jenis paket utama: paket residensial (untuk penggunaan rumah tangga) dan paket bisnis. Paket residensial dibandrol dengan harga mulai dari Rp750.000 per bulan hingga Rp5.378.000 per bulan.  

Langkah Starlink yang membatasi layanannya di Indonesia dan menutup diri atas pelanggan baru dikhawatirkan berdampak pada harga layanan yang diberikan ke konsumen. 

Kepala Bidang Media Asosiasi Satelit Indonesia (Assi) Firdaus Adinugroho mengatakan hukum ekonomi, khususnya hukum suplai dan permintaan (supply and demand), berlaku di mana saja termasuk pada kasus Starlink. 

“Jadi ketika demand tinggi dan supply Starlink terbatas, maka harga layanannya bisa saja naik,” ujar Firdaus kepada Bisnis, Minggu (13/7/2025). 

Sebelumnya, pada Juni 2024, layanan internet berbasis satelit orbit bumi rendah Starlink milik Elon Musk diperkirakan memiliki kapasitas total throughput yang sangat besar hingga 23,7 Terabits per second (Tbps), lebih besar dibandingkan dengan satelit orbit rendah (low earth orbit/LEO) lainnya seperti OneWeb.

Berdasarkan pemaparan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) saat berkunjung ke Bisnis Indonesia, setiap satelit Starlink memiliki kapasitas total throughput mencapai 23,7 Terabits per detik (Tbps). Sementara itu, OneWeb memiliki estimasi kapasitas mencapai 1,56 Tbps per satelit.

Telesat memiliki 15 Tbps per satelit. Perbandingan kapasitas throughput ini menegaskan posisi Starlink sebagai pemimpin dalam industri jaringan satelit, terutama di konstelasi satelit LEO.

Firdaus menegaskan ada batasan dalam penerapan hukum tersebut, mengingat Starlink memiliki pesaing di pasar Indonesia.

Kehadiran penyedia layanan satelit dan internet lain di Indonesia menjadi faktor pembatas bagi Starlink dalam menaikkan harga secara sepihak. 

Jika harga Starlink naik terlalu tinggi, pelanggan dapat beralih ke layanan lain yang sejenis. Selain itu, pelanggan Starlink umumnya terikat kontrak layanan. 

“Dalam kontrak tersebut, biasanya diatur secara rinci apakah perusahaan diperbolehkan mengubah tarif layanan di tengah masa kontrak atau tidak,” kata Daus. 

Sebelumnya, SpaceX, perusahaan dirgantara luar angkasa milik Elon Musk, mengungkapkan layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di Indonesia lataran kehabisan kapasitas. 

Dilansir dari laman resmi Starlink, Minggu (13/7/2025), perusahaan menyebut aktivasi perangkat baru juga dihentikan sementara bagi pelanggan yang membeli melalui toko ritel atau penjual pihak ketiga.

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper