Bisnis.com, JAKARTA — Masuknya dana segar US$1,1 miliar kian memuluskan ambisi Tokopedia menjadi penyedia infrastruktur teknologi bagi bisnis luring dan daring, mirip dengan pola new retail besutan Alibaba.
Transformasi bisnis Tokopedia menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Kamis (13/12/2018). Berikut laporannya.
Hal itu sekaligus mengukuhkan posisi unicorn Indonesia tersebut sebagai perusahaan bervaluasi tertinggi saat ini, dengan kendali masih di tangan pendiri.
Kemarin, Rabu (12/12/2018), Tokopedia mengumumkan perolehan dana senilai US$1,1 miliar atau setara dengan sekitar Rp16 triliun dari sekelompok investor yang dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group.
Pendanaan itu disebut-sebut mendongkrak valuasi Tokopedia menjadi US$7 miliar atau lebih dari Rp102 triliun, sehingga melampaui valuasi Gojek yang sudah menembus US$5 miliar.
Posisi sebagai perusahaan rintisan bervaluasi tertinggi ini bisa kembali berubah jika Gojek menutup ronde pendanaan terbaru. Pasalnya, perusahaan yang didirikan oleh Nadiem Makarim itu juga tengah mengincar dana sekitar US$2 miliar untuk membiayai ekspansi regional. Jika target dana terpenuhi, valuasi Gojek bakal menembus US$10 miliar, dan meraih status decacorn pertama dari Indonesia.
Kepada Bisnis, pendiri sekaligus CEO Tokopedia, William Tanuwijaya, mengungkapkan bahwa sebagian besar dana yang diperoleh tersebut akan digunakan untuk mewujudkan transformasi bisnis Tokopedia.
Selama ini, ujar William, Tokopedia lebih berperan sebagai ‘kantong ajaib Doraemon’ dengan menyediakan beragam kebutuhan konsumen melalui kanal daring.
Ke depannya, Tokopedia akan fokus memperluas cakupan bisnis dengan berperan sebagai penyedia infrastruktur (infrastructure-as-a-service/IaaS) bagi mitranya. Hal itu disertai dengan beragam langkah strategis perusahaan untuk merangkul lebih banyak bisnis luring ke dalam ekosistem digital Tokopedia.
Layanan infrastruktur perdagangan digital tersebut mencakup bidang logistik, fulfillment (proses penerimaan pesanan, pengemasan, dan pengiriman barang dagangan), pembayaran, dan layanan keuangan.
“Tokopedia akan lebih banyak merangkul offline business. Hal itu yang kemudian menjadi fokus kami untuk dapat lebih banyak membantu usaha offline menjadi lebih efisien, agar bisa mendapatkan manfaat yang sama dengan kantong ajaib bisnis online,” ujar William, Rabu (12/12/2018).
Gebrakan baru Tokopedia tersebut mirip dengan pola yang dikembangkan oleh Alibaba di China. Perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma itu juga mengusung konsep new retail dengan memadukan ekosistem daring dan luring.
Adapun, bisnis luring yang diincar Tokopedia sebagai mitra tidak terbatas pada peritel konvensional, seperti warung dan toko kelontong, tetapi juga pelaku industri primer, seperti petani dan nelayan.
Penjual di ruang digital dan luring dapat memanfaatkan infrastruktur milik Tokopedia, termasuk sistem pergudangan, yang akan dibangun di berbagai daerah sesuai dengan kebutuhan (on-demand). Hal itu diyakini dapat memperpendek mata rantai distribusi, baik bagi produsen maupun bagi penjual.
Infrastruktur yang disediakan oleh Tokopedia memberikan penjual di kanal luring kemampuan membuka cabang baru tanpa perlu menyewa gudang.
Di sisi lain, mitra penjual di kanal daring dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk memperoleh stok barang dagangan dengan lebih cepat.
“Petani dan nelayan juga bisa memasarkan produknya secara langsung ke berbagai restoran dan hotel. Margin yang nantinya mereka peroleh bisa menjadi jauh lebih baik. Inilah apa yang kita sebut dengan infrastructure-as-a-service,” ujarnya.
Dalam mewujudkan konsep itu, Tokopedia akan mengoptimalkan Tokopedia Center di berbagai daerah untuk meningkatkan literasi digital mitra bisnis luring. Fasilitas tersebut juga berperan sebagai perwakilan perusahaan di daerah untuk membantu mitra bisnis pengguna solusi Tokopedia.
William menyatakan tak menutup kemungkinan untuk mulai mengambil langkah strategis dengan mengakuisisi beberapa perusahaan teknologi lain dalam upaya pengembangan ekosistem itu.
Perusahaan incaran utama Tokopedia adalah yang bergerak di sektor yang berkaitan dengan sasaran perusahaan, seperti pemberdayaan petani dan nelayan.
Lydia Jett, Senior Investor SoftBank Investment Advisers sekaligus Anggota Dewan Tokopedia, mengungkapkan sejak didirikan, Tokopedia telah berkomitmen membantu UMKM dalam memperdagangkan produknya secara digital kepada konsumen.
“Perusahaan ini berada di posisi yang tepat untuk melayani jutaan masyarakat lainnya mengingat tingkat pengadopsian internet di kawasan ini tumbuh dengan pesat. Kami percaya dengan potensi Tokopedia yang tumbuh secara berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Head of Investment Southeast Asia and India Alibaba Group Kenny Ho, mengungkapkan pihaknya memiliki misi yang selaras dengan Tokopedia yang berkomitmen mempermudah individu memulai dan membangun bisnis di mana saja.
“Kami sangat antusias untuk mempererat hubungan kami dengan Tokopedia demi memberdayakan UMKM dan mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia.”
Kisah Sulitnya Bos Tokopedia Gaet Investor
PEMEGANG KENDALI
Kendati gencar dikucuri pendanaan asing dalam jumlah besar, William memastikan hal itu tidak akan menggerus kendali penuh pendiri Tokopedia dalam penentuan strategi perusahaan.
“Saya bisa bilang Tokopedia merupakan perusahaan independen. Tidak satu pun investor yang menguasai porsi kepemilikan besar. Paling besar hanya sampai 20%, tidak ada yang lebih dari itu. Pendiri masih memegang kendali penuh terhadap pengambilan keputusan dan strategi Tokopedia,” klaim William.
Saat ini, tercatat ada sederet nama yang menjadi investor di Tokopedia. SoftBank menjadi investor terbesar di perusahaan yang telah berdiri selama 9 tahun itu, diikuti oleh Alibaba Group dan Sequoia.
Alibaba juga memiliki saham di industri teknologi di Indonesia melalui investasi ke Lazada dan Bukalapak lewat anak usahanya Ant Financial. SoftBank juga menjadi salah satu investor terbesar Grab.