Menilik Nasib Merger XL Axiata - Smartfren di Tengah Pergantian Kabinet

Leo Dwi Jatmiko, Lukman Nur Hakim
Rabu, 23 Oktober 2024 | 08:14 WIB
Teknisi melakukan pemeliharaan perangkat BTS di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Kamis (9/2/2023).
Teknisi melakukan pemeliharaan perangkat BTS di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Kamis (9/2/2023).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana merger PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) diperkirakan terus berlanjut kendati kabinet pemerintah berganti. Keduanya memiliki pasar yang berbeda, yang diyakini akan saling melengkapi ketika melebur. 

Ketua Umum Idiec M. Tesar Sandikapura mengatakan hadirnya Meutya Hafid sebagai Menteri Komunikasi Digital (Menkomdigi) tidak akan mempengaruhi merger EXCL dan FREN, terlebih kedua perusahaan tersebut bukanlah perusahaan milik negara dan tidak perlu melibatkan pemerintah. 

Merger antara XL Axiata dan Smartfren juga menjadi kebutuhan di tengah kondisi industri telekomunikasi yang makin menantang. 

“Kabinet baru tidak memberi pengaruh karena itu aksi korporasi swasta yang alamiah, apalagi XL dan Smartfren bukan lah BUMN,” kata Tesar kepada Bisnis, Rabu (23/10/2024). 

Namun, usul Tesar, sebaiknya merger dilakukan pada tahun depan sambil menunggu kondisi ekonomi dan perpolitikan Indonesia stabil. Mengingat saat ini Indonesia sedang mengalami transisi dari pemeritahan Joko Widodo (Jokowi) ke Prabowo Subianto, yang sedikit banyak mempengaruhi kondisi politik dan ekonomi. 

Tesar mengatakan penggabungan keduanya adalah langkah tepat karena dari sisi segmen pasar cukup saling melengkapi.

“Sehingga kita bisa melihat perkembangan pasar yang lebih jernih,” kata Tesar. 

Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward mengatakan merger keduanya tidak akan terganggu oleh pergantian kabinet.

"Karena tujuan merger adalah perusahaan lebih sehat dalam mengelola dan membangun sehingga adil merata serta bermanfaat bagi masyarakat; dengan tetap memperhatikan persaingan usaha yang sehat dan bukan praktek monopoli," kata Ian. 

Masih Proses

Sebelumnya, Chairman Sinar Mas Group Franky Oesman Widjaja mengatakan Sinar Mas masih terus melakukan pembicaraan dengan EXCL mengenai aksi korporasi tersebut. “MergeCo itu yang kita sedang bicarakan dengan XL,” jelasnya.

Perusahaan hasil merger tersebut nantinya berpotensi mendapat sentuhan dari perusahaan solusi IT kongsi Sinar Mas dan LG CNS Co. Ltd..

“Ya kalau service-nya bagus mungkin itu akan di consider dengan MergeCo itu nanti. Itu kemungkinan, kalau sampai terjadi IT Servicenya juga bisa kemungkinan jadi salah satu partner,” tegasnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengaku bahwa hingga saat ini perkembangan merger FREN—EXCL memang masih terus berlangsung. Di mana tahap uji tuntas (due diligence) masih belum rampung dari kedua belah pihak.

“[Update merger] baik-baik saja. Due belum selesai, masih berlangsung,” kata Merza.

Merza menjelaskan proses due diligence bisa rampung dalam waktu yang tak lama. Namun, dia enggan memberikan jadwal pasti rampungnya due diligence.

Sementara itu, pada Juni 2024, Group Chief Financial Officer Axiata Nik Rizal Kamil mengatakan proses merger diharapkan dapat rampung tahun ini atau lebih cepat. 

Dari sisi spektrum, kata NIK, emiten bersandi saham EXCL itu mengaku sangat sulit bersaing secara mandiri dengan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH).

Pasalnya, tambah Nik, Telkomsel dan Indosat Ooredoo Hutchison memiliki spektrum lebih dari 150 MHz. Sedangkan XL Axiata hanya memiliki sekitar 90 MHz. Serta, Smartfren memiliki spektrum sekitar 60 MHz.

“Jika Anda memiliki spektrum yang lebih sedikit, Anda harus memasang lebih banyak menara dan infrastruktur untuk mencapai tingkat cakupan yang sama,” jelas Nik.

Terlebih, dia mengungkap bahwa bisnis telekomunikasi sangat kompetitif. Artinya, jika layanan suatu perusahaan tidak baik, maka pelanggan akan beralih ke perusahaan lain. Dengan aksi ini, Nik menyebut entitas merger nanti akan berada dalam posisi yang lebih kompetitif untuk bersaing dengan pemain telekomunikasi lain.

“Jadi jika Anda melakukan kombinasi dari awal, Anda memiliki lebih dari 90 MHz dari XL ditambah dengan 60 MHz dari Smartfren. Sekarang MergeCo juga akan memiliki lebih dari 150 MHz, sama dengan Telkomsel dan IOH,” terangnya.

Selain masalah spektrum, Nik menambahkan bahwa pangsa pasar XL Axiata dan Smartfen juga lebih sedikit dibandingkan Telkomsel dan IOH.

Saat ini, pangsa pasar IOH mencapai sekitar 20% dari pasar dan hampir 60% adalah pangsa pasar Telkomsel. Sedangkan XL Axiata hanya sekitar 17%, begitu pun dengan FREN sekitar 10%. “Jika XL dan Smartfren digabungkan, pangsa pasar menjadi 27%,” imbuhnya.

Pada pertengahan 2024, kata Nik, perusahaan tidak ada rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan XL Axiata dari aksi merger tersebut.

“Saat ini, tidak ada rencana dalam hal PHK karyawan,” kata Nik. 

Di sisi lain, Nik menuturkan bahwa ancaman terbesar terhadap angkatan kerja adalah tingkat digitalisasi, otomatisasi, serta kecerdasan buatan (AI). Meski ancaman itu tidak terjadi sekarang.

Meski demikian, Nik menyampaikan bahwa semua orang dibutuhkan untuk mendukung proses penggabungan alias merger.

“Rencana awalnya semua orang dibutuhkan untuk mendorong merger dan juga menuju integrasi merger,” ujarnya.

Hak Pekerja

Berbeda, Presiden Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia Saepul Tavip menilai bahwa penggabungan kedua perusahaan tersebut akan sangat berdampak terhadap bisnis & reorganisasi perusahaan. 

Jumlah pegawai akan membengkak yang berdampak pada perampingan untuk sejumlah posisi yang tumpang tindih. 

 “Akan terjadi overlapping terhadap sejumlah posisi jabatan dari kedua perusahaan tersebut, sehingga akan terjadi seleksi ulang terhadap personil yang diperlukan untuk menduduki posisi-posisi tersebut. Jika XL Axiata sebagai leading corporation, maka kemungkinan yang akan diseleksi adalah para karyawan yang berasal dari Smarfren,” kata Tavip kepada Bisnis.

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper