Bisnis.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional (International Monetery Fund/IMF) menyebut keuntungan yang dihasilkan dari teknologi kecerdasan buatan (AI) tidak akan terbagi secara merata ke seluruh dunia. Beberapa negara saja yang akan menikmati kue AI secara maksimal.
Dalam laporannya, IMF memperkirakan AI akan meningkatkan output ekonomi global sekitar 0,5 persen per tahun antara 2025 dan 2030. Peningkatan ini lebih tinggi dari biaya peningkatan emisi karbon dari pusat data yang dibutuhkan untuk menjalankan model-model AI.
Namun, IMF menegaskan keuntungan output tersebut tidak akan terbagi secara merata di seluruh dunia, dan menyerukan kepada para pembuat kebijakan dan pelaku bisnis untuk meminimalkan biaya bagi masyarakat luas.
"Meskipun ada tantangan terkait dengan harga listrik yang lebih tinggi dan emisi gas rumah kaca, keuntungan terhadap PDB global dari AI kemungkinan akan lebih besar daripada biaya emisi tambahan," tulis laporan dilansir dari CNA, Rabu (23/4/2025).
Tidak hanya itu, penggunaan AI diperkirakan mendorong lonjakan permintaan daya pemrosesan data yang intensif energi dalam beberapa tahun mendatang, bahkan ketika dunia berjuang untuk menepati janji dalam mengurangi emisi karbon.
Dampak AI ke Iklim
Kebutuhan listrik global yang didorong oleh AI dapat meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi sekitar 1.500 terawatt-jam (TWh) pada tahun 2030 - kira-kira sama dengan konsumsi listrik India saat ini dan 1,5 kali lebih tinggi dari perkiraan permintaan dari kendaraan listrik selama periode yang sama.
IMF juga memperkirakan bahwa adopsi AI yang kuat, di bawah kebijakan energi saat ini, akan menyebabkan peningkatan kumulatif emisi gas rumah kaca global sebesar 1,2 persen antara tahun 2025 dan 2030. Kebijakan energi yang lebih hijau akan membatasi peningkatan tersebut menjadi 1,3 Gt, perkiraannya.
Dengan menggunakan angka $39 per ton untuk mengukur biaya sosial dari emisi tersebut, IMF memperkirakan biaya tambahan tersebut antara $50,7 hingga $66,3 miliar - lebih kecil dari keuntungan pendapatan yang terkait dengan peningkatan tahunan PDB global sebesar 0,5 poin persentase yang menurut IMF dapat dihasilkan oleh AI.
Peneliti Kebijakan dari Grantham Research Institute on Climate Change and the Environment Roberta Pierfederici mengatakan bahwa AI bahkan dapat menyebabkan pengurangan keseluruhan emisi karbon jika mempercepat kemajuan dalam teknologi rendah karbon di sektor energi, pangan, dan transportasi.
"Namun, kekuatan pasar saja tidak mungkin berhasil mendorong penerapan AI menuju aksi iklim. Pemerintah, perusahaan teknologi, dan perusahaan energi harus memainkan peran aktif dalam memastikan AI digunakan secara sengaja, adil, dan berkelanjutan," katanya.