Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan teknologi pendidikan Chegg Inc. mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 22% dari total karyawannya, atau sebanyak 248 orang imbas adopsi kecerdasan buatan (AI) yang makin pesat.
Adapun berdasarkan catatan, per 31 Desember 2024, Chegg tercatat memiliki 1.271 karyawan.
Melansir dari Reuters, Selasa (13/5/2025) rencana ini sebagai bagian dari upaya restrukturisasi besar-besaran untuk menekan biaya dan menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku pengguna yang kini lebih banyak beralih ke alat berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT.
Selain itu, langkah ini diambil di tengah menurunnya lalu lintas web perusahaan selama beberapa bulan terakhir.
Dalam pernyataannya, Chegg mengungkapkan bahwa transformasi pencarian online oleh Google melalui fitur AI Overviews, serta meningkatnya popularitas platform AI seperti Gemini, OpenAI, dan Anthropic, semakin menyulitkan perusahaan edtech tradisional bersaing di ekosistem digital.
Sebagai bagian dari langkah efisiensi, Chegg juga akan menutup kantor fisiknya di Amerika Serikat dan Kanada pada akhir tahun ini.
Pengurangan biaya akan difokuskan pada pemangkasan kegiatan pemasaran, pengembangan produk, serta biaya umum dan administrasi.
Chegg memperkirakan akan menanggung biaya restrukturisasi sebesar US$34 juta hingga US$38 juta pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini.
Namun, perusahaan menargetkan penghematan signifikan, yakni US$45 hingga US$55 juta pada 2025, dan US$100 hingga US$110 juta pada 2026.
Dari sisi kinerja, Chegg melaporkan penurunan pelanggan sebesar 31% pada kuartal pertama 2025 menjadi hanya 3,2 juta.
Pendapatan perusahaan juga anjlok 30% menjadi US$121 juta, terutama disebabkan oleh turunnya pendapatan layanan berlangganan hingga hampir sepertiga menjadi US$108 juta.
Pada Februari lalu, Chegg juga telah menggugat Google, menuduh raksasa teknologi tersebut menggerus permintaan terhadap konten edukasi asli dan memperburuk posisi penerbit dalam persaingan dengan konten hasil AI.