Bisnis.com, JAKARTA — Teknologi kecerdasan buatan (AI) dinilai tidak lagi sekadar memberikan kecepatan dalam menjawab, tetapi sudah bergeser menjadi bisa dipercaya.
VP & GM SleekFlow Asia Tenggara, Asnawi Jufrie mengatakan teknologi AI menjanjikan kecepatan dan kemampuan dalam menjawab pertanyaan pengguna.
Dalam laporan “AI Transformation in SEA: Aligning Consumer Demands with Business Goals”, AI masih dipercaya untuk urusan praktis seperti pelacakan pesanan atau hanya sekadar pencarian produk. Namun untuk beberapa kasus yang bersifat sensitif seperti keluhan pelanggan, pertanyaan kompleks, hingga percakapan emosional responden menyatakan lebih memilih interaksi dengan manusia.
"Ada pertanyaan yang belum terjawab: sejauh apa kita siap menyerahkan kendali ke AI? Serta hal yang lebih penting, mampukah kita membangun AI yang bukan hanya cerdas, tapi juga bisa dipercaya," kata Asnawi dalam keterangannya, Selasa (15/7/2025).
Menurut laporan AI Maturity Matrix oleh Boston Consulting Group, lebih dari 70% negara termasuk Indonesia belum memiliki kesiapan struktural yang memadai dalam menghadapi disrupsi AI, termasuk dalam aspek keterampilan, kebijakan, dan investasi jangka panjang.
SleekFlow, lanjutnya, mencoba menjawab pertanyaan itu lewat peluncuran AgentFlow sebuah sistem AI yang tidak dirancang untuk menjawab semua hal, tetapi untuk tahu kapan perlu berhenti dan menyerahkan kendalinya kembali ke manusia.
Dia menjelaskan AgentFlow hadir menjadi sebuah pendekatan yang memastikan AI tidak asal merespons, melainkan bekerja dalam batas dan tanggung jawab yang jelas. Sistem ini dirancang dengan pendekatan multi-agent dan modul berbasis graf, serta dilengkapi dengan Knowledge Gap Detection yang memungkinkan sistem mendeteksi saat AI tidak yakin dengan jawabannya, dan memilih untuk berhenti alih-alih memberi informasi yang salah.
Kemudian, Reviewer Agents yaitu agen pengecek yang meninjau ulang jawaban sebelum sampai ke pelanggan, untuk menghindari miskomunikasi atau halusinasi.
Selanjutnya, Guardrails mekanisme pengaman yang menjaga agar AI tidak menjawab topik-topik sensitif atau di luar kapasitasnya, dan langsung mengarahkan ke tim manusia bila diperlukan. Terakhir, Custom Instruction per Peran yang memastikan setiap agen AI hanya menjawab sesuai peran dan konteks yang sudah ditentukan oleh bisnis, misalnya sebagai sales, support, atau admin.
"AI yang bertanggung jawab bukanlah yang menjawab segalanya, melainkan yang tahu kapan harus berhenti. Masa depan bukan tentang memilih antara manusia atau mesin tetapi tentang membangun kolaborasi sistem yang dapat memperkuat keduanya," ujarnya.