Hacker Ukraina Klaim Lumpuhkan Infrastruktur IT Pabrik Drone Rusia Gaskar Group

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 18 Juli 2025 | 10:16 WIB
Ilustarasi aktivitas peretasan atau hacking/dok.Kaspersky
Ilustarasi aktivitas peretasan atau hacking/dok.Kaspersky
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA  —  Kelompok peretas (hacker) Ukraina mengklaim telah melumpuhkan infrastruktur TI milik Gaskar Integration, salah satu pemasok drone terbesar bagi militer Rusia. Selain memadamkan jaringan, mereka juga menghancurkan ribuan data teknis terkait produksi drone yang disebut penting untuk operasi militer Negeri Beruang Merah.

Dilansir dari Register, Jumat (18/7/2025) menurut BO Team (Black Owl), kelompok peretas yang mengumumkan pelumpuhan ini melalui kanal Telegram, mereka “menembus sangat dalam” ke sistem pabrikan drone tersebut, bahkan menyamakan aksinya sebagai aksi pengurangan kekuatan militer (demiliterisasi) hingga kebagian inti.

Para peretas mengaku sempat mengambil alih jaringan dan server Gaskar Group, mengumpulkan informasi krusial tentang produksi UAV (drone) Rusia — baik yang sedang diproduksi maupun yang baru dalam tahap pengembangan — lalu “menghancurkan semua informasi” yang ada di server, termasuk 10TB file cadangan.

Selain meretas, BO Team juga menuduh China berperan dalam membantu produksi dan pelatihan spesialis Gaskar Group.

Kelompok peretas Ukraina juga mengaku berhasil mencuri “seluruh source code” sebelum memusnahkan sistem dan infrastruktur Gaskar. Mereka turut mengunggah dokumen internal yang disebut sebagai kuesioner karyawan rahasia.

Sampai berita ini dibuat, baik pihak Gaskar Integration maupun Kementerian Pertahanan Ukraina belum memberikan tanggapan atas klaim dan pertanyaan resmi dari media internasional.

Pada Juni 2025, Perang Rusia vs Ukraina sempat memanas lagi dan membuat kekhawatiran dunia semakin tinggi. Satu hal yang perlu mendapat perhatian lebih dari memanasnya kembali hubungan dua negara tersebut adalah respons AS.

Saat Ukraina dan Rusia saling menyerang dan mengadakan putaran kedua perundingan pada hari Senin, pemerintahan Trump tampak sangat tenang.

Laporan ABC News bahkan menyebut bahwa hal ini menandakan adanya perubahan yang jelas namun halus dalam pendekatan AS terhadap mediasi konflik.

Ilustrasi drone perang
Ilustrasi drone perang

Untuk diketahui, Presiden Donald Trump tidak memberikan reaksi publik langsung terhadap serangan pesawat tak berawak Ukraina yang dramatis jauh di dalam Rusia.

Padahal, serangan ini terjadi tepat sebelum delegasi Ukraina dan Rusia bertemu langsung di Istanbul.

Pertemuan kali ini sebagian besar mengikuti format yang ditetapkan oleh pemerintahan Trump. Sebab sebelumnya, perwakilan dari kedua negara mengadakan pertemuan pada bulan Mei untuk pertama kalinya sejak bulan-bulan awal perang.

Menteri Luar Negeri Marco Rubio hadir dalam diskusi awal, yang dengan cepat dianggap sebagai kekecewaan oleh AS.

Hal tersebut karena Rusia memilih untuk hanya mengirim sekelompok diplomat tingkat kerja untuk mewakili kepentingannya di meja perundingan.

Namun kali ini, Rubio dan pejabat tinggi pemerintahan Trump lainnya memainkan peran yang lebih kecil dalam pembicaraan tersebut dan memiliki ekspektasi yang lebih rendah lagi.

Menurut Departemen Luar Negeri, Rubio melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, di mana ia "menegaskan kembali seruan Presiden Trump untuk melanjutkan perundingan langsung antara Rusia dan Ukraina guna mencapai perdamaian abadi."

Akan tetapi, departemen tersebut mencatat dalam pernyataan percakapan tersebut bahwa panggilan telepon tersebut dilakukan atas permintaan Lavrov.

Putaran negosiasi kedua berlangsung singkat dan berakhir tanpa terobosan berarti.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami